Listrik Indonesia | PT PLN (Persero) berencana menerapkan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) pada pembangkit listrik dengan target kapasitas energi terpasang mencapai 19 gigawatt hingga tahun 2060. Berdasarkan analisis internal, sebanyak 37,6 gigawatt pembangkit listrik telah diidentifikasi layak untuk penerapan teknologi ini.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PLN Enjiniring, Chairani Rachmatullah, dalam acara pelatihan jurnalistik bertajuk "Understanding Carbon Capture and Storage" yang digelar pada Sabtu, 18 Januari 2025, di Swiss-Belhotel Bogor. Chairani mengakui bahwa penerapan CCUS menghadapi sejumlah tantangan, termasuk dampak negatif pada kinerja pembangkit listrik konvensional akibat penalti panas dan listrik dari sistem CCUS, serta potensi kenaikan tarif listrik akibat biaya tambahan.
“Kami menyadari bahwa pembangunan infrastruktur ini memerlukan investasi besar, namun manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat jauh lebih besar,” ujar Chairani dalam pernyataannya yang dikutip pada Rabu, 22 Januari 2025.
Upaya Pengurangan Emisi Karbon
Selain mengadopsi teknologi CCUS, PLN juga memiliki rencana untuk mengurangi emisi karbon melalui langkah-langkah lain. Chairani menyebut target pemanfaatan biomassa untuk co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) hingga 30% dan peningkatan penggunaan hidrogen pada pembangkit gas hingga 75% pada tahun 2060. Di samping itu, PLN berencana mengintegrasikan energi nuklir serta sistem penyimpanan energi berbasis baterai skala besar (BESS) guna meningkatkan stabilitas jaringan listrik.
“Transisi energi tidak hanya menggantikan sumber energi fosil, tetapi juga memastikan keandalan sistem kelistrikan dengan mengembangkan jaringan pintar dan infrastruktur yang fleksibel,” tambah Chairani.
Chairani menegaskan pentingnya skenario “Accelerated Renewable Energy Development” (ARED) untuk mempercepat transisi energi sekaligus menjaga keberlanjutan finansial. Dalam skenario ini, PLN menargetkan pengembangan kapasitas energi terbarukan hingga 480 gigawatt pada 2060, dengan kebutuhan investasi sekitar USD 700 miliar. Salah satu langkah utama dalam strategi ini adalah pembangunan jaringan “Green Enabling Super Grid” sepanjang 70.000 kilometer yang akan mengintegrasikan sumber energi terbarukan dari berbagai wilayah di Indonesia ke pusat konsumsi di Jawa dan Bali.
Langkah transisi energi ini diharapkan tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan peluang kerja baru dengan estimasi mencapai 7 hingga 12 juta tahun kerja hingga tahun 2050. Selain itu, PLN berharap transisi ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyediaan energi bersih yang berkelanjutan.(KDR)
