Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa diperlukan blending antara Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan energi fosil untuk mencapai target swasembada energi. Hal tersebut ia ungkapkan dalam Agenda Mandiri Investment Forum 2025, dikutip pada Rabu (12/02/2025).
"Saya lebih memilih untuk tetap komitmen pada energi bersih, dengan kita blending antara batubara, gas, dan energi baru terbarukan yang lain. Tetapi, masyarakat tidak dikorbankan dengan harga yang mahal dan negara juga tidak dibebani dengan subsidi," ungkapnya.
Untuk memaksimalkan potensi energi fosil, Bahlil mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo telah menetapkan target untuk meningkatkan produksi minyak bumi hingga mencapai 900 ribu sampai 1 juta barel per hari pada tahun 2028-2029. Peningkatan produksi tersebut tentunya memerlukan intervensi teknologi canggih.
"Ini tantangan, ini kerja keras. Tapi pertanyaannya adalah apakah bisa ini dilakukan? Ternyata Bapak Ibu semua, minyak kita ini masih banyak, khususnya di Rokan. Kemarin saya baru pulang dari Rokan, tapi minyaknya di bawah itu bagaimana caranya untuk menaikkan? Nah kita melakukan intervensi dengan teknologi. Salah satu teknologi yang kita dorong adalah Enhanced Oil Recovery (EOR)," jelasnya.
Sebagai bagian dari strategi untuk memaksimalkan potensi energi fosil, Bahlil juga mendorong penerapan teknik pengeboran horizontal. Teknik ini, yang telah sukses meningkatkan produksi minyak di Amerika Serikat dari 3,5 juta barel per hari menjadi 13 juta barel per hari, kini mulai diaplikasikan di beberapa Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi (Migas) di Indonesia. Pendekatan teknologi semacam ini diyakini dapat membawa lonjakan signifikan dalam kapasitas produksi nasional.
Lebih lanjut, Bahlil menyoroti pentingnya konversi sumur-sumur eksplorasi yang telah mencapai fase akhir untuk segera ditingkatkan ke status sumur produksi. Kementerian ESDM berencana untuk meninjau kembali sumur-sumur yang belum dimanfaatkan secara optimal, serta mengadakan lelang untuk 60 Wilayah Kerja Migas baru pada periode 2026-2027.
"Ini kita akan dorong cepat, makanya saya sudah perintahkan kepada Kepala SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi), kepada pemegang konsesi siapapun, baik itu BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Pertamina, maupun siapapun yang megang, sudah dikasih, sudah selesai eksplorasi, tapi tidak mau ditingkatkan ke produksi agar ditinjau," tegasnya.
