Listrik Indonesia | Pernahkah Anda mendengar istilah biomassa? Sederhananya, biomassa adalah segala jenis bahan organik yang bisa diubah menjadi energi. Nah, tahukah Anda bahwa beberapa jenis tanaman di sekitar kita ternyata memiliki potensi besar sebagai sumber biomassa? Kali ini, kita akan mengenal tiga di antaranya: Gamal, Indigofera, dan Kaliandra Merah.
Gamal (Gliricidia sepium)
Manfaat:
- Kerap digunakan sebagai pakan ternak berkat daun-daunnya yang kaya protein.
- Berfungsi sebagai green manure karena mampu menambat nitrogen, sehingga membantu meningkatkan kesuburan tanah.
Ciri Khas:
- Daunnya cenderung hijau terang.
- Batang dan cabangnya mudah tumbuh kembali, sehingga dapat dibudidayakan secara intensif.
Mengapa Gamal Cocok untuk Biomassa?
Selain cepat tumbuh, Gamal juga mampu bertahan di berbagai kondisi lahan. Itulah sebabnya tanaman ini kerap dimanfaatkan di sektor pertanian dan peternakan, termasuk sebagai bahan baku biomassa.
Indigofera (Indigofera sp.)
Manfaat:
- Baca Juga NTT Punya Harta Karun Energi Biomassa
- Sebagai tanaman leguminosa, Indigofera kaya akan nitrogen sehingga bisa memperbaiki struktur tanah.
- Sering dijadikan pakan ternak karena nilai nutrisinya yang tinggi.
- Pertumbuhan yang relatif cepat menjadikannya bahan baku biomassa yang menjanjikan.
Ciri Khas:
- Daun majemuk yang tumbuh lebat, berwarna hijau tua.
- Cabangnya banyak, memungkinkannya untuk terus tumbuh meski dipangkas berkala.
Keunggulan Indigofera sebagai Biomassa
Kemampuan menambat nitrogen membuat Indigofera bukan hanya sumber energi potensial, tetapi juga “suplemen” bagi tanah yang kurang subur. Dengan demikian, budidaya Indigofera bisa membantu menjaga produktivitas lahan sekaligus menghasilkan biomassa.
Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus)
Manfaat:
- Sering dipakai untuk penghijauan lahan kritis karena akarnya efektif mencegah erosi.
- Bunga merahnya kaya nektar, cocok untuk budidaya lebah.
- Laju pertumbuhannya yang pesat menjadikannya kandidat unggul untuk sumber biomassa.
Ciri Khas:
- Bunga merah cerah yang mampu menarik serangga penyerbuk.
- Tahan di lahan kering, sehingga mudah dibudidayakan di berbagai daerah.
Daya Tarik Kaliandra untuk Biomassa
Kaliandra memiliki pertumbuhan pesat dan mudah beradaptasi, dua hal yang sangat diinginkan dalam produksi biomassa. Selain itu, kemampuannya memperbaiki lahan gersang menjadikannya tanaman multifungsi.
Mengapa Tanaman Ini Menarik untuk Dijadikan Biomassa?
Pertumbuhan Cepat
Gamal, Indigofera, dan Kaliandra Merah memiliki laju pertumbuhan yang tergolong pesat. Ini berarti kita bisa memanen bahan baku biomassa secara berkala tanpa menunggu terlalu lama.
Mudah Dibudidayakan
Ketiga tanaman ini tidak memerlukan lahan dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Beberapa justru membantu memperbaiki kualitas tanah melalui kemampuan menambat nitrogen atau mencegah erosi.
Ramah Lingkungan
Dengan mengolah biomassa dari tanaman-tanaman ini, kita dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan menekan emisi karbon. Langkah ini sejalan dengan upaya menjaga kelestarian lingkungan.
Toleran terhadap Lahan Kering
Karena relatif tahan terhadap minimnya pasokan air, tanaman-tanaman ini dapat ditanam di banyak wilayah Indonesia yang memiliki tingkat curah hujan beragam.
Menjadikan Gamal, Indigofera, dan Kaliandra Merah sebagai sumber biomassa tidak hanya bermanfaat dalam mengurangi jejak karbon, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan produktivitas lahan. Kombinasi pertumbuhan cepat, kemudahan budidaya, dan daya tahan di lahan kering membuat ketiga tanaman ini berpotensi menjadi pilar penting energi terbarukan di masa depan.
Melalui pemanfaatan biomassa, kita tidak hanya menyokong keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi di sektor pertanian dan energi. Dengan demikian, pengembangan biomassa dari tanaman-tanaman unggulan ini menjadi sebuah langkah strategis menuju masa depan yang lebih hijau dan mandiri energi.
PLN Targetkan 10 Juta Ton Biomassa pada 2025
PT PLN (Persero) terus mempertegas komitmennya untuk mendukung pemerintah dalam menurunkan emisi karbon dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui energi bersih. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah pengembangan ekosistem energi biomassa yang dianggap sebagai kunci utama dalam mencapai target tersebut.
Anggota DPR RI, Eddy Soeparno, menyatakan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 7-8%, Indonesia memerlukan suplai energi yang besar. Menurutnya, sangat penting bagi Indonesia untuk memiliki ekosistem energi nasional yang bergantung pada sumber energi yang berkelanjutan, salah satunya biomassa.
"DPR bersama pemerintah telah menyetujui Rancangan Peraturan Pemerintah terkait Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN), yang salah satunya mencakup peningkatan penggunaan biomassa atau bahan bakar nabati (BBN). Langkah ini diambil untuk mengembangkan sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan," kata Eddy dalam acara Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Green Talk bertajuk "Strategi Penjaminan Penyediaan Bahan Baku dan Peningkatan Keekonomian untuk PLTBm", Senin (30/9).
Ia juga menekankan bahwa dalam penerapan RPP KEN, keseimbangan antara ketahanan energi dan ketahanan pangan harus dijaga. Dengan pendekatan yang tepat, upaya ini diharapkan akan menciptakan ekonomi sirkular yang berkelanjutan, baik bagi masyarakat maupun lingkungan.
"Ekonomi sirkular ini penting untuk digerakkan, dan membutuhkan partisipasi semua pemangku kepentingan, termasuk METI," ujarnya.
Dari sisi pemerintah, Trois Dilisusendi, Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi EBTKE Kementerian ESDM, menyampaikan bahwa pemerintah sangat mendukung inisiatif PLN dan METI untuk terus mendorong pemanfaatan energi terbarukan, khususnya biomassa. Ia menyebutkan bahwa potensi biomassa di sektor kelistrikan mencapai 57 gigawatt (GW).
"Bioenergi memiliki potensi yang sangat luas, tidak hanya untuk kelistrikan tetapi juga untuk transportasi sebagai pengganti bahan bakar minyak," jelas Trois.
Senada dengan itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa PLN berkomitmen mendukung upaya penurunan emisi karbon di sektor kelistrikan, salah satunya dengan membangun ekosistem biomassa. PLN telah memanfaatkan biomassa sebanyak 3 juta ton dalam program _co-firing_ di 46 PLTU hingga triwulan ketiga 2024, dan berhasil menurunkan emisi karbon hingga 3,2 juta ton CO2e.
"Program ini tidak hanya berdampak positif pada lingkungan tetapi juga memberikan nilai ekonomi sebesar Rp2 triliun per tahun bagi masyarakat, dan melibatkan lebih dari 250 ribu orang," tambah Darmawan.
Ke depan, PLN menargetkan pemanfaatan biomassa mencapai 10 juta ton pada 2025 untuk mendukung 52 PLTU milik PLN. Sementara itu, Ketua Umum METI, Wiluyo Kusdwiharto, menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, baik BUMN maupun swasta, untuk mengembangkan lahan energi dan memanfaatkan limbah sebagai bahan baku biomassa.
“Potensi biomassa di Indonesia sangat besar, dan ini adalah kekuatan energi kita. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana memanfaatkannya secara optimal,” tutup Wiluyo.
