Listrik Indonesia | Indonesia Battery Corporation (IBC), yang sebelumnya beroperasi sebagai perusahaan pengembang proyek baterai atau project development company, kini bertransformasi menjadi Holding Investasi Material Energi Baru. Perubahan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi IBC di ekosistem baterai dan energi baru terbarukan (EBT), terutama di sektor baterai kendaraan listrik dan penyimpanan energi berbasis nikel.
Perubahan strategi tersebut disampaikan oleh Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI pada Senin, 5 Februari 2025, di Jakarta. Totok menjelaskan bahwa pergeseran ini adalah bagian dari upaya untuk memperluas cakupan bisnis perusahaan.
"IBC sebelumnya fokus sebagai project development company, namun kini kami beralih menjadi holding investasi yang menangani berbagai proyek terkait baterai. Ini adalah perubahan besar yang ditandai dengan penandatanganan Program Pengungkapan Sukarela (PPS) terbaru bersama empat pemegang saham kami," ujarnya.
IBC, yang didirikan oleh empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN)—T Inalum, PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina NRE, dan PT PLN (Persero)—akan semakin berfokus pada pengelolaan investasi di sektor energi baru terbarukan. Di bawah perubahan ini, IBC akan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh BUMN di bawah naungan MIND ID, seperti nikel, tembaga, kobalt, dan aluminium, untuk mendukung pengembangan industri baterai dan material energi baru.
Langkah strategis ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah optimal dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV), serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi global untuk baterai dan material energi baru. Hal ini juga sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk mendorong hilirisasi sumber daya mineral menjadi bahan baku baterai.
”Kementerian BUMN telah memutuskan bahwa IBC akan menjadi holding investasi yang mengembangkan dan melanjutkan hilirisasi sumber daya mineral untuk mendukung industri baterai,” tutupnya.(KDR)
