Listrik Indonesia | Ketua Komisi XII DPR Bambang Pati Jaya mengungkapkan, pemerintah menargetkan kapasitas listrik nasional mencapai 107 gigawatt (GW) dalam 15 tahun ke depan. Target ini dinilai krusial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Kebutuhan listrik yang stabil dan berkelanjutan adalah kunci mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi. Tanpa energi yang memadai, target 8% hanya akan jadi mimpi,” tegas Bambang dalam kesempatan acara diskusi di Jakarta, Kamis (20/1).
Dari total 107 GW yang ditargetkan, sekitar 75% atau setara 80 GW diharapkan bersumber dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT), seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Namun, Bambang mengakui bahwa sebagian pembangkit EBT, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), memiliki kelemahan berupa sifat intermitten atau ketergantungan pada kondisi cuaca. Hal ini berpotensi mengganggu pasokan listrik ke industri jika tidak diimbangi dengan sumber energi yang stabil.
“Kita tidak bisa mengandalkan EBT saja. Butuh pembangkit baseload yang bisa menyuplai listrik 24 jam, seperti PLTA, PLTP, atau gas, untuk menjamin keandalan sistem,” jelasnya.
Bambang menyebut, setidaknya dibutuhkan pembangkit berbasis baseload berkapasitas minimal 57 GW dalam 15 tahun ke depan. Pembangkit ini akan menjadi “penyangga” ketika pasokan dari EBT fluktuatif. “Dari 107 GW, sekitar 57 GW harus berasal dari sumber yang stabil. Ini untuk memastikan industri tidak terganggu saat matahari tak bersinar atau angin tak bertiup,” ujarnya.
Komitmen pemerintah untuk memperbesar porsi EBT sejalan dengan agenda transisi energi global. Namun, tantangan teknis seperti intermitensi menjadi pekerjaan rumah yang harus diatasi melalui kombinasi teknologi, investasi, dan kebijakan. Bambang menegaskan, pembangunan infrastruktur energi harus berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi.
“Kami sudah berdiskusi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian ESDM. Perhitungannya jelas: tanpa listrik yang cukup dan andal, investasi besar-besaran dan industrialisasi tidak akan bisa direalisasikan,” tambahnya.
Sebagai informasi, kapasitas listrik Indonesia saat ini berada di kisaran 80 GW. Peningkatan menjadi 107 GW dalam 15 tahun ke depan akan membutuhkan investasi masif dan koordinasi lintas sektor. Namun, Bambang optimistis target ini dapat tercapai jika pemerintah konsisten menjalankan agenda reformasi di sektor energi.
“Ini momentum untuk membangun ketahanan energi sekaligus mendorong ekonomi. Semua pihak harus bersinergi agar Indonesia tidak hanya tumbuh, tetapi juga berdaulat dalam penyediaan listrik,” pungkasnya.
Dengan langkah ini, Indonesia tidak hanya berupaya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada energi fosil demi mencapai komitmen net-zero emission pada 2060. Tantangan ke depan adalah menyeimbangkan ambisi hijau dengan keandalan pasokan – dua sisi koin yang akan menentukan masa depan energi nasional.
