Listrik Indonesia | Potensi teknis energi terbarukan Indonesia mencapai lebih dari 3.686 GW dinilai mampu mempercepat transisi energi sekaligus mendongkrak bauran energi bersih hingga 50% pada 2030. Temuan kunci ini terungkap dalam kajian terbaru Institute for Essential Services Reform (IESR) bertajuk “Unlocking Indonesia’s Renewables Future”, yang mengidentifikasi 1.500 lokasi layak finansial untuk proyek surya, angin, dan hidro skala besar di seluruh Indonesia.
Potensi 333 GW Energi Bersih yang Kompetitif
Berdasarkan analisis teknologi dan ekonomi terkini, IESR menyoroti 333 GW potensi energi terbarukan yang layak finansial di 632 lokasi, terdiri dari:
- PLTS Ground-Mounted: 165,9 GW
- PLTB Onshore: 167 GW
- PLTM (Mini/Mikrohidro): 0,7 GW
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR, menegaskan bahwa kombinasi teknologi surya, angin, dan sistem penyimpanan energi (BESS) mampu menekan biaya produksi listrik hingga lebih kompetitif daripada PLTU batubara atau gas. “Dengan dukungan baterai dan grid inverter modern, intermitensi energi surya dan angin bisa diatasi. Ini bukan hanya solusi iklim, tapi juga strategi ekonomi untuk capai pertumbuhan 8% dan kemandirian energi,” tegasnya dalam peluncuran studi di Jakarta.
Enam Wilayah Prioritas dengan Keuntungan Finansial Tinggi
Kajian IESR mengungkap enam wilayah unggulan pengembangan energi terbarukan:
- Papua & Kalimantan: Pusat PLTS dengan potensi EIRR (Equity Internal Rate of Return) tertinggi.
- Maluku, Papua, & Sulawesi Selatan: Lokasi optimal untuk PLTB.
- Sumatera Barat & Utara: Basis pengembangan PLTM.
Martha Jesica Mendrofa, Koordinator Riset Sosial IESR, menjelaskan 61% proyek (206 GW) memiliki EIRR di atas 10%, melebihi target Rencana Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2060 yang hanya 180 GW. “Potensi ini bisa meningkat dengan perbaikan regulasi, infrastruktur jaringan, dan penurunan biaya investasi,” ujarnya.
Rekomendasi Strategis untuk Akselerasi Proyek
IESR memberikan tiga rekomendasi utama:
- Pemerintah: Alokasi lahan khusus, penyederhanaan perizinan, dan penetapan target spesifik energi terbarukan.
- PLN: Perluasan jaringan listrik fleksibel dan reformasi mekanisme pengadaan proyek.
- Investor: Fokus pada proyek dengan EIRR tinggi dan desain finansial inovatif.
Proyek Percontohan untuk Integrasi ke RUPTL
Selain kajian, IESR menyerahkan laporan teknis pra-kelayakan tiga proyek percontohan kepada Ditjen EBTKE:
- PLTB di Sulawesi Selatan
- Penyimpanan Energi Hidro Terpompa (Pumped Hydro) di Sulawesi Selatan
- PLTS Terapung di Kalimantan Selatan
Proyek ini diharapkan masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN untuk percepatan implementasi.
Masa Depan Energi Bersih: Teknologi dan Regulasi
Pintoko Aji, Peneliti IESR, menekankan perlunya inovasi teknologi penyimpanan energi dan jaringan listrik cerdas. “Dukungan regulasi jelas dan proses perizinan efisien akan meningkatkan minat investor, terutama di proyek berpotensi tinggi seperti PLTS dan PLTB,” jelasnya.
Dengan optimasi kebijakan dan investasi, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama energi terbarukan global, mengurangi emisi, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
