Kebijakan HGBT Diperpanjang, Industri Keramik Indonesia Siap Ekspansi

Kebijakan HGBT Diperpanjang, Industri Keramik Indonesia Siap Ekspansi
Ilustrasi Gas Industri

Listrik Indonesia | Pemerintah Indonesia resmi memperpanjang insentif Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 76K/2025. Kebijakan ini disambut positif oleh Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) sebagai langkah strategis untuk memacu pertumbuhan sektor keramik nasional, ekspansi produksi, dan percepatan swasembada. 

Dukungan HGBT: Game Changer Industri Keramik 

Edy Suyanto, perwakilan ASAKI, menegaskan bahwa perpanjangan HGBT menjadi kunci kepastian usaha dan peningkatan daya saing industri. “Kebijakan ini terbukti menjadi game changer selama 2020-2024, dengan capaian peningkatan kapasitas produksi 90 juta m², investasi Rp20-23 triliun, dan penyerapan 15.000 tenaga kerja,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (03/03/2025). 

Menurut data ASAKI, insentif gas bumi ini memungkinkan industri keramik menekan biaya produksi hingga 30%, menjadikan produk lokal lebih kompetitif di pasar domestik maupun global. 

Rencana Ekspansi Besar & Target Swasembada 2026 

Dengan kepastian HGBT hingga 2026, ASAKI mengumumkan rencana ekspansi besar-besaran: 

• Penambahan Kapasitas Produksi: 45 juta m² per tahun, dengan investasi Rp4 triliun. 

• Penyerapan Tenaga Kerja: 5.000 lapangan pekerjaan baru. 

• Target Penyelesaian: Semester II 2026. 

“Dengan tambahan produksi, total kapasitas nasional diproyeksikan mencapai 670 juta m² pada pertengahan 2026. Ini cukup untuk menggantikan impor keramik yang kini masih 70-80 juta m² per tahun,” tambah Edy. 

Tantangan Implementasi: Peringatan Soal Kebijakan Surcharge Gas 

Meski optimis, ASAKI mengingatkan pemerintah agar menghindari kebijakan kontraproduktif seperti surcharge USD 16,77/MMBTU yang diterapkan PT PGN pada Januari-Maret 2025 untuk konsumsi gas di atas 45-50%. 

“Jika aturan ini tetap berlaku, tujuan perpanjangan HGBT untuk meningkatkan daya saing industri bisa gagal,” tegas Edy. ASAKI menekankan pentingnya konsistensi pasokan gas dengan harga terjangkau (USD 6,5-7/MMBTU) sesuai kebutuhan operasional pabrik. 

Dampak Ekonomi Nasional 

Perpanjangan HGBT dinilai tidak hanya menguntungkan industri keramik, tetapi juga mendorong: 

• Pertumbuhan Ekonomi Daah: Ekspansi pabrik baru di kawasan industri seperti Karawang, Gresik, dan Lampung. 

• Pengurangan Impor: Menghemat devisa hingga USD 500 juta per tahun. 

• Peningkatan Ekspor: Kualitas produk keramik Indonesia telah diakui di 120 negara. 

Menuju Swasembada Keramik 

ASAKI menargetkan Indonesia bisa lepas dari ketergantungan impor keramik pada 2026. Langkah ini sejalan dengan program pemerintah dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, yang menempatkan industri keramik sebagai sektor prioritas pengembangan downstream

“Dukungan HGBT adalah pondasi utama. Selanjutnya, kami fokus pada inovasi produk dan efisiensi energi untuk bersaing di era industri hijau,” pungkas Edy.(KDR)

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#HGBT 2025

Index

Berita Lainnya

Index