Listrik Indonesia | Di tengah perairan Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat, sebuah inovasi energi terbarukan lahir. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata dengan kapasitas 192 MWp kini berdiri sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Di balik pencapaiannya, tersimpan kisah kolaborasi lintas negara, tantangan teknis, serta visi besar Indonesia menuju energi bersih.
PLTS Cirata bukan sekadar proyek infrastruktur biasa. Pembangunannya melibatkan PT PLN Nusantara Power anak usaha PLN bekerja sama dengan Masdar, perusahaan energi terbarukan asal Uni Emirat Arab. Kemitraan ini melahirkan PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE), yang menggabungkan keahlian lokal dan global.
“Kami memadukan sumber daya terbaik untuk mempercepat transisi energi terbarukan di Indonesia,” ujar Dimas Kaharudin, Presiden Direktur PMSE, dalam wawancaranya dengan Listrik Indonesia di Kantor PLTS Cirata, belum lama ini.
Lokasi Strategis dan Teknologi Canggih
Pemilihan Waduk Cirata sebagai lokasi proyek didasarkan pada sejumlah pertimbangan strategis. Selain dekat dengan PLTA Cirata yang berkapasitas 1.008 MW—sehingga dapat membantu stabilitas jaringan listrik—area ini juga memiliki infrastruktur pendukung yang memadai. Hanya sekitar 4% dari total luas waduk yang digunakan untuk proyek ini, dengan potensi ekspansi hingga 20% sesuai regulasi.
Secara teknologi, PLTS Cirata mengadopsi panel surya berlapis kaca ganda yang mampu menyerap sinar matahari secara optimal serta tahan terhadap korosi dan guncangan. Setiap panel memiliki kapasitas hingga 560 Watt peak, sementara struktur terapungnya dibuat dari plastik daur ulang berkualitas tinggi yang tahan sinar UV dan api. Floater ini ditambatkan menggunakan jangkar beton seberat 12 ton, memastikan stabilitas meski diterpa angin kencang.
“Panel surya yang kami gunakan bergaransi hingga 30 tahun, sementara floater bisa bertahan hingga 25 tahun. Ini menjamin keandalan operasional jangka panjang,” jelas Dimas.
Namun, pembangunan proyek ini bukan tanpa tantangan. Pemasangan panel di atas air memerlukan presisi tinggi, sementara perizinan sempat mengalami hambatan akibat perubahan regulasi. Selain itu, teknologi pembersihan otomatis masih dinilai kurang efisien secara biaya, sehingga pemeliharaan panel dilakukan secara manual.
“Hambatan terbesar adalah membuktikan bahwa teknologi ini layak diterapkan di Indonesia,” tambahnya.
Dampak Ekonomi dan Sosial
PLTS Cirata tidak hanya berkontribusi pada sektor energi, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat sekitar. Selama masa konstruksi, proyek ini menyerap tenaga kerja lokal hingga 1.800 orang. Bahkan, sebanyak 60 nelayan tradisional kini menjadi bagian dari tim pemeliharaan, setelah mendapatkan pelatihan dan sertifikasi.
“Kami ingin masyarakat setempat merasakan langsung manfaat dari proyek ini,” kata Dimas.
Dari segi lingkungan, proyek ini tidak memerlukan penenggelaman lahan dan tidak menghasilkan emisi signifikan. Selain itu, keberadaan panel surya terapung turut membantu mengurangi laju penguapan air waduk, yang menjadi nilai tambah dalam konservasi sumber daya air.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), PMSE juga mengadakan program pelatihan energi terbarukan, edukasi panel surya, serta pengembangan UMKM lokal. Forum komunikasi masyarakat pun dibentuk agar kebutuhan serta aspirasi warga dapat tersampaikan.
Masa Depan Energi Bersih di Indonesia
PLTS Cirata menjadi pionir dalam pemanfaatan energi surya terapung di Indonesia. PLN Nusantara Power bahkan telah membentuk PT Nusantara Renewables untuk mempercepat pengembangan proyek serupa di Jawa Timur, Sumatra, dan Kalimantan. Salah satu inovasi yang tengah dirancang adalah penyimpanan energi berbasis baterai (battery storage) guna meningkatkan keandalan sistem.
Dengan harga listrik kompetitif sekitar Rp 900 per kWh, PLTS Cirata membuktikan bahwa energi terbarukan dapat diakses dengan biaya ekonomis.
“Ini bukan sekadar proyek pembangkit listrik, tetapi simbol bahwa Indonesia mampu berinovasi dalam transisi energi bersih,” tegas Dimas.
Dengan target mencapai 23% bauran energi terbarukan pada 2025, PLTS Cirata menjadi langkah nyata dalam mewujudkan masa depan energi yang lebih hijau bagi Indonesia.
