Industri Energi Terbarukan Berpotensi Capai Rp8.824 Triliun

Industri Energi Terbarukan Berpotensi Capai Rp8.824 Triliun
Dok. IESR

Listrik Indonesia | Industri manufaktur energi terbarukan di Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, mencapai Rp8.824 triliun pada 2060. Hal ini sejalan dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang menargetkan 73,6 persen dari total kapasitas pembangkit energi sebesar 444 GW pada 2060 akan berasal dari sumber energi baru dan terbarukan.

Menurut kajian terbaru Institute for Essential Services Reform (IESR) bertajuk “Market Assessment for Indonesia’s Manufacturing Industry for Renewable Energy”, optimalisasi pengembangan industri energi surya, angin, dan baterai berpotensi menciptakan 9,7 juta pekerjaan-tahun (job-years) hingga 2060.

Potensi Besar Industri Manufaktur Energi Terbarukan

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyoroti masih rendahnya pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia, meskipun potensinya sangat besar. Sebagai contoh, kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baru mencapai 0,32 GW dari potensi lebih dari 3.300 GW yang tersedia.

“Industri manufaktur teknologi energi bersih di Indonesia masih berada pada tahap awal. Tanpa rantai pasok domestik yang kuat, kita berisiko terlalu bergantung pada impor teknologi, yang meningkatkan kerentanan terhadap gangguan pasokan global serta membatasi manfaat ekonomi dari transisi energi ini,” ujar Fabby.

Perkembangan dan Tantangan Tiga Sektor Utama

Kajian IESR menyoroti tiga sektor utama dalam industri energi terbarukan: energi surya, angin, dan baterai.

Energi Surya

Kapasitas produksi modul surya Indonesia mencapai 4,7 GW/tahun pada Juni 2024 dan diperkirakan meningkat menjadi 19 GW/tahun sebelum 2030.

Pengembangan industri PLTS dan rantai pasoknya berpotensi menciptakan 5,7 juta job-years dan nilai ekonomi hingga USD 236,3 miliar pada 2060.

Energi Angin

Indonesia hanya memiliki dua Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan kapasitas terpasang 154,3 MW, jauh dari potensi sebesar 155 GW.

Pengembangan industri PLTB dapat menyumbang USD 75,2 miliar ke perekonomian dan menciptakan 1,8 juta job-years pada 2060.

Industri Baterai

Permintaan baterai, terutama untuk kendaraan listrik, meningkat hingga 25 kali lipat pada 2024 dibandingkan 2022.

Industri baterai untuk penyimpanan energi dan kendaraan listrik berpotensi mencapai USD 240 miliar dan menciptakan 2,2 juta pekerjaan pada 2060.

Rekomendasi Strategis untuk Pengembangan Industri

Untuk mempercepat pengembangan industri manufaktur energi terbarukan, IESR memberikan empat rekomendasi utama:

  1. Membangun rantai pasok industri manufaktur energi terbarukan, termasuk perakitan panel surya, turbin angin, dan baterai, dengan dukungan studi kelayakan dan keterlibatan pemangku kepentingan nasional serta global.
  2. Merancang peta jalan adopsi energi terbarukan yang sejalan dengan penguatan industri manufaktur energi terbarukan dan perencanaan energi nasional.
  3. Menyediakan insentif dan kebijakan ekonomi untuk menciptakan ekosistem industri yang stabil dan kompetitif.
  4. Mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas melalui pendidikan dan pelatihan agar tenaga kerja memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri energi terbarukan.

 

Pengembangan industri manufaktur energi terbarukan tidak hanya berkontribusi pada pencapaian target net zero emission (NZE) 2060, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang besar bagi Indonesia. Dengan dukungan kebijakan yang jelas, insentif yang kuat, serta investasi dalam rantai pasok dan SDM, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri energi terbarukan global. (*)

 

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#IESR

Index

Berita Lainnya

Index