Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menginstruksikan PT PLN (Persero) untuk segera merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berkapasitas total 40 megawatt (MW) di Provinsi Maluku. Proyek ini telah resmi tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN untuk periode 2025 hingga 2034.
“Saya sudah masukkan dalam RUPTL agar kita tidak lagi bergantung pada solar dan batubara. Saat pembangkit diesel yang sudah tua diganti, langsung digantikan dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap transisi energi sesuai kesepakatan internasional,” jelas Bahlil dalam pernyataan resmi yang dirilis Senin, 7 April 2025.
Dua proyek utama dalam inisiatif ini adalah PLTP Wapsalit berkapasitas 20 MW di Pulau Buru, dan PLTP Tulehu 2x10 MW di Pulau Ambon. Saat ini, PLTP Wapsalit masih dalam tahap eksplorasi oleh pihak swasta dan ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2028. Sementara itu, PLTP Tulehu masih dalam tahap pengadaan yang dikelola oleh PLN dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 2031.
Selain dua proyek tersebut, potensi panas bumi di wilayah Banda Baru, Pulau Seram, juga tengah dikaji. Berdasarkan survei dari Badan Geologi, lokasi ini diperkirakan menyimpan potensi energi hingga 25 MW. Potensi ini akan ditawarkan kepada investor melalui forum market sounding yang digelar oleh Direktorat Jenderal EBTKE pada April 2025.
Pemerintah menilai langkah ini penting untuk mempercepat peralihan dari energi fosil ke energi bersih di Maluku, yang saat ini masih sangat bergantung pada pembangkit berbahan bakar fosil. Berdasarkan data 2024, kapasitas total pembangkit listrik di Maluku mencapai 409 MW, di mana sekitar 99% atau 406 MW berasal dari sumber energi fosil seperti PLTD, PLTG, PLTGU, dan PLTMG.
Dari total kapasitas tersebut, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menyumbang porsi terbesar, yakni 249 MW atau sekitar 61%. Disusul pembangkit berbasis gas dan uap sebesar 157 MW atau sekitar 38%. Sementara itu, kontribusi energi terbarukan masih sangat kecil, hanya sekitar 3 MW, yang berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 3 MW dan mikrohidro sebesar 0,1 MW.(KDR)
