Persaingan Global dalam Teknologi Hidrogen: Apakah Asia Bisa Unggul?

Persaingan Global dalam Teknologi Hidrogen: Apakah Asia Bisa Unggul?
Ilustrasi Hydrogen Research

Listrik Indonesia | Dunia tengah menyaksikan persaingan besar dalam pengembangan teknologi hidrogen, bahan bakar alternatif yang digadang-gadang akan menjadi tulang punggung transisi energi global. Negara-negara maju dari berbagai belahan dunia bersaing ketat membangun infrastruktur, mengembangkan teknologi, dan menyusun regulasi untuk memanfaatkan potensi hidrogen. Di tengah persaingan ini, Asia muncul sebagai kawasan yang mulai menunjukkan taringnya. Namun, pertanyaannya: apakah Asia benar-benar siap unggul dalam persaingan ini? 

Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok menjadi tiga kekuatan utama di Asia yang serius menggarap sektor hidrogen. Jepang telah memposisikan dirinya sebagai pelopor dalam ekonomi hidrogen, dengan mengembangkan jaringan pengisian hidrogen, kendaraan berbahan bakar sel hidrogen (fuel cell), hingga pembangkit listrik tenaga hidrogen. Pemerintah Jepang bahkan telah menetapkan target jangka panjang untuk menjadikan hidrogen sebagai bagian signifikan dari bauran energi nasionalnya. 

Korea Selatan tak mau kalah. Lewat raksasa industri seperti Hyundai dan SK Group, Negeri Ginseng ini gencar mengembangkan teknologi kendaraan hidrogen dan sistem penyimpanan energi. Pemerintah Korea pun telah meluncurkan “Hydrogen Economy Roadmap” dengan investasi besar untuk mendorong produksi hidrogen hijau dan membangun ekosistem industri yang kompetitif. 

Sementara itu, Tiongkok, dengan kecepatan khasnya, meluncurkan berbagai proyek hidrogen dalam skala besar. Fokus utamanya adalah pada produksi hidrogen rendah karbon dan pengembangan transportasi berbasis hidrogen. Dengan dukungan finansial dan regulasi dari pemerintah pusat, Tiongkok menjadi pemain yang tidak bisa diabaikan dalam kompetisi global ini. 

Namun, di sisi lain, Eropa dan Amerika Serikat juga bergerak cepat. Uni Eropa, lewat European Green Deal, telah mengalokasikan miliaran euro untuk teknologi hidrogen hijau. Sementara AS, melalui Inflation Reduction Act (IRA), memberi insentif besar bagi produksi dan pemanfaatan hidrogen rendah emisi. Persaingan pun bukan hanya pada aspek teknologi, tetapi juga pada diplomasi energi dan penguasaan rantai pasok global. 

Di tengah dinamika ini, Asia memiliki kekuatan sekaligus tantangan. Keunggulan Asia terletak pada kemampuan manufaktur, skala pasar yang besar, dan komitmen pemerintah yang kuat. Namun, tantangan utama adalah integrasi teknologi, ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk produksi hidrogen (seperti hidrogen abu-abu dan biru), serta perlunya harmonisasi standar antarnegara. 

Di samping itu, meningkatnya urgensi dekarbonisasi dan krisis energi global, teknologi hidrogen kian relevan. Kini, semua mata tertuju pada Asia: apakah kawasan ini bisa melampaui dominasi Barat dan menjadi pusat inovasi hidrogen dunia?

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Pasar Hidrogen Global

Index

Berita Lainnya

Index