Listrik Indonesia | Proyek besar kendaraan listrik (EV) di Indonesia senilai USD 9,8 miliar dipastikan tetap berjalan meski LG Energy Solution (LGES) asal Korea Selatan memutuskan untuk mundur dari sebagian keterlibatannya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa rencana strategis dalam skema Indonesia Grand Package tidak mengalami perubahan.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa posisi LG dalam beberapa struktur usaha patungan atau joint venture kini telah digantikan oleh Huayou, perusahaan asal Tiongkok yang telah dikenal luas di industri baterai global.
"Grand Package tidak berubah. Pembangunan infrastruktur dan jadwal produksi tetap sesuai rencana awal. Hanya ada perubahan pada mitra investasinya, di mana LG tidak lagi terlibat di JV 1, 2, dan 3 yang baru. Posisinya kini diisi oleh Huayou, yang bekerja sama dengan BUMN kita," ujar Bahlil dalam konferensi pers, Rabu (23/04/2025).
Masuknya Huayou disebut sebagai bentuk kepercayaan pelaku industri internasional terhadap potensi hilirisasi mineral di Indonesia. Selain itu, pergantian mitra investasi seperti ini juga dinilai wajar dalam proyek-proyek besar yang melibatkan banyak pihak.
Sebagai bukti komitmen terhadap proyek ini, Presiden Joko Widodo pada 3 Juli 2024 lalu telah meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Fasilitas tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Hyundai Motor Group dan LGES melalui perusahaan patungan PT HLI Green Power. Saat ini, pabrik tersebut telah beroperasi dengan kapasitas produksi sebesar 10 Gigawatt hour (GWh) per tahun.
Bahlil juga menegaskan bahwa proyek ini tetap berlanjut meski dunia tengah menghadapi tantangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
“Proyek ini tidak terdampak oleh konflik global atau krisis ekonomi. Investasi lanjutan senilai hampir USD 8 miliar akan tetap dilaksanakan, dan peletakan batu pertama tahap berikutnya direncanakan pada tahun ini,” tambahnya.(KDR)
