Listrik Indonesia | Pemerintah mengungkapkan bahwa perusahaan asal Tiongkok, Huayou, akan mengambil alih peran LG Energy Solution dalam proyek pengembangan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Proyek ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 165,3 triliun. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani
Huayou didirikan pada tahun 1994 dan berkantor pusat di Tongxiang, Zhejiang, Tiongkok. Perusahaan ini beroperasi di bidang penelitian, pengembangan, dan produksi material untuk baterai lithium-ion serta material kobalt. Setelah tiga dekade beroperasi, Huayou telah mengembangkan model bisnis yang mencakup sumber daya global, manufaktur internasional, dan distribusi pasar global.
Perusahaan ini membagi operasionalnya dalam lima sektor utama, yaitu: energi baru, material baru, industri nikel di Indonesia, sumber daya di Afrika, dan industri daur ulang. Kegiatan bisnis Huayou meliputi seluruh rantai nilai produksi material baterai, mulai dari eksplorasi sumber daya seperti nikel, kobalt, lithium, tembaga, dan fosfor; pemurnian logam non-besi secara ramah lingkungan; hingga produksi dan daur ulang material baterai.
Proyek-Proyek Huayou di Indonesia
1. Indonesia Pomalaa Industrial Park (IPIP), Sulawesi Tenggara
Kawasan industri ini dirancang sebagai bagian dari rantai pasok industri baterai lithium. Fasilitas di dalamnya mencakup proses HPAL (High Pressure Acid Leach), RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace), pemurnian, prekursor, bahan katoda, dan baterai lithium ternary. Energi yang digunakan berasal dari kombinasi gas, air, dan panel surya. Konsep pengembangan kawasan mengedepankan prinsip konservasi energi dan lingkungan.
2. Proyek Huayue HPAL, Morowali Industrial Park, Sulawesi Tengah
Proyek ini menggunakan teknologi HPAL generasi ketiga dan telah memasuki tahap produksi. Dengan pendekatan teknis tingkat lanjut, proyek ini difokuskan pada efisiensi energi dan pengolahan logam bernilai secara komprehensif. Huayue Nickel Cobalt dikenal sebagai salah satu smelter nikel dengan kapasitas besar dan efisiensi waktu konstruksi yang singkat.
3. Proyek Huafei HPAL, Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara
Proyek ini menggunakan teknologi HPAL generasi keempat, dengan keunggulan pada efisiensi proses dan konsumsi energi yang lebih rendah. Setelah rampung, Huafei HPAL direncanakan menjadi fasilitas pengolahan bijih nikel laterit terbesar secara global, menggantikan posisi Huayue.
4. Proyek Huake RKEF, Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara
Huake RKEF memanfaatkan bijih nikel laterit dan teknologi sulfidasi feronikel untuk memproduksi precursor bahan baku energi baru. Teknologi ini merupakan salah satu pendekatan yang umum diterapkan dalam produksi bahan baterai.
5. Proyek KNI HPAL, Pomalaa, Sulawesi Tenggara
Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara Huayou, Vale Indonesia, dan Ford Motor. Tujuannya adalah membangun fasilitas peleburan nikel dengan prinsip rendah karbon dan keberlanjutan. Proyek ini diharapkan mendukung pertumbuhan industri baterai EV dan menjadi bagian dari penguatan rantai nilai domestik.
6. Proyek Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan
Setelah kerja sama di Pomalaa, Huayou kembali menggandeng Vale Indonesia dalam proyek di Sorowako. Proyek ini dirancang untuk mengembangkan sumber daya nikel secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan teknologi HPAL dari Huayou.
