Negosiasi Impor Energi Masih Buntu

Negosiasi Impor Energi Masih Buntu
Ilustrasi Negosiasi Impor Energi dari Amerika Serikat

Listrik Indonesia | Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menunda rencana peningkatan impor energi dari Amerika Serikat hingga tercapainya kesepakatan dalam proses negosiasi dagang kedua negara. Hal ini diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat ditemui di kantor Kementerian ESDM pada Jumat (2/5/2025). 

“Sampai saat ini belum ada keputusan final mengenai poin-poin yang akan disepakati. Oleh karena itu, kami belum melangkah lebih jauh terkait peningkatan volume impor,” ujar Bahlil. 

Saat ini, impor energi Indonesia dari Amerika Serikat didominasi oleh Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebesar 59% serta minyak mentah (crude oil) sekitar 6 hingga 7 persen. Pemerintah sebelumnya berencana meningkatkan proporsi impor LPG hingga 85% dan crude oil hingga 40%, termasuk tambahan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Nilai total dari rencana impor ini diperkirakan akan melampaui US$10 miliar. 

Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat. Bahlil menjelaskan, menurut catatan Pemerintah AS, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan terhadap Negeri Paman Sam, meskipun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan surplus sebesar 14,5%. 

“Upaya menciptakan keseimbangan perdagangan salah satunya melalui pembelian energi seperti LPG, crude oil, dan BBM dari AS. Nilai impor ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap neraca perdagangan kita,” jelas Bahlil saat memberikan keterangan di Istana Presiden, Jakarta, Kamis (18/4/2025).

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#energi

Index

Berita Lainnya

Index