Dua Raksasa Migas Bakal Gabung

Dua Raksasa Migas Bakal Gabung
Shell Berencana Akuisisi BP/Dok.Shell

Listrik Indonesia | Perusahaan energi raksasa asal Inggris, Shell, dikabarkan tengah menimbang opsi untuk mengakuisisi pesaing senegaranya, BP. Informasi ini berasal dari sejumlah sumber internal yang mengungkap bahwa pembahasan serius mengenai kemungkinan merger telah dilakukan dalam beberapa pekan terakhir bersama para penasihat Shell. 

Menurut laporan tersebut, keputusan akhir terkait akuisisi akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham BP yang belakangan terus mengalami penurunan. Selama bertahun-tahun, BP dan Shell memiliki posisi yang seimbang dalam industri migas global. Namun, belakangan Shell mencatat pertumbuhan signifikan hingga kini bernilai hampir dua kali lipat dibanding BP, dengan kapitalisasi pasar mencapai sekitar 149 miliar pound sterling (sekitar Rp3.254 triliun). 

Menanggapi spekulasi ini, CEO Shell, Wael Sawan, menyatakan bahwa saat ini perusahaan lebih fokus untuk memperkuat internal ketimbang melakukan ekspansi besar. Dalam wawancaranya dengan Financial Times, ia mengungkapkan bahwa prioritas Shell adalah membeli kembali saham perusahaan sendiri. 

“Kami masih memiliki banyak hal yang perlu dibenahi di internal. Meskipun ada kemajuan dalam beberapa tahun terakhir, pekerjaan kami belum selesai,” ujar Sawan, seperti dikutip Bloomberg pada Selasa (6/5/2025). 

Jika akuisisi BP terealisasi, Shell akan semakin mengokohkan posisinya sebagai pemain dominan dalam industri energi global. Hal ini berpotensi menyaingi raksasa migas asal Amerika Serikat seperti ExxonMobil dan Chevron. Namun, kesepakatan sebesar ini hampir pasti akan menghadapi pengawasan ketat dari regulator. 

Shell baru saja melaporkan kinerja keuangan kuartal pertama yang melampaui ekspektasi analis, disertai dengan peluncuran program pembelian kembali saham senilai US$3,5 miliar (sekitar Rp57 triliun). Seorang juru bicara perusahaan menegaskan bahwa fokus utama Shell tetap pada peningkatan kinerja internal. 

"Kami terus berkomitmen untuk menciptakan nilai melalui efisiensi operasional, disiplin keuangan, dan penyederhanaan struktur organisasi," ungkap juru bicara tersebut. 

Sementara itu, BP enggan memberikan komentar atas kabar ini. Perusahaan yang kini dipimpin oleh Murray Auchincloss tengah berada di bawah tekanan untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas. BP diketahui tengah menjalankan rencana penjualan aset senilai US$20 miliar (sekitar Rp329 triliun) hingga 2027, sambil mengurangi pengeluaran dan melakukan pembelian kembali saham. 

Sebagai bagian dari restrukturisasi, BP juga mengumumkan pergantian kepala strategi untuk memperkuat kepercayaan investor. Menurut sumber, langkah ini turut dipengaruhi oleh Elliott Investment Management, salah satu investor besar BP yang baru-baru ini meningkatkan kepemilikannya menjadi lebih dari 5%, sejajar dengan pemegang saham utama lainnya seperti BlackRock dan Vanguard.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Migas

Index

Berita Lainnya

Index