Listrik Indonesia | Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan Bendungan Lambo atau Mbay di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), digadang-gadang akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat setempat setelah beroperasi secara penuh.
Selain berfungsi sebagai penyedia air baku untuk sistem irigasi pertanian seluas lebih dari 6.000 hektare dan pengendali banjir, bendungan ini juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung. PLTS terapung ini dinilai sebagai solusi energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pembangkit berbasis uap atau geotermal, yang akhir-akhir ini mendapat sorotan dari masyarakat di Pulau Flores.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Adenan Rasyid, menyebut bahwa Waduk Lambo memiliki kapasitas untuk menghasilkan listrik sebesar 117,5 MW melalui sistem PLTS terapung.
“Potensi dari genangan air ini bisa dimanfaatkan sebagai lokasi PLTS, dan ini sudah dilakukan di sejumlah wilayah lain,” kata Adenan saat mendampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam kunjungan kerja ke lokasi proyek pada Selasa, 6 Mei 2025.
Lebih lanjut, Adenan menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah untuk menarik minat investor, agar proyek energi terbarukan ini bisa terealisasi. Pemerintah, menurutnya, bisa menjalin kerja sama dengan pihak swasta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Dalam pengelolaan PLTS terapung, air dari bendungan juga memiliki peran penting, misalnya untuk menjaga suhu panel surya tetap stabil sehingga efisiensi produksi listrik bisa terjaga.
“Biasanya ada pembagian pemanfaatan air baku antara masyarakat dan perusahaan. Hal ini diatur dalam perjanjian kerja sama antara Pemda dan investor,” jelasnya.
Proyek ini diharapkan dapat menjadi percontohan bagi pengembangan energi bersih di kawasan timur Indonesia sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui akses air dan listrik yang lebih andal.
GoogleNews
