Belajar dari Blackout Spanyol dan Portugal

Belajar dari Blackout Spanyol dan Portugal
Arcandra Tahar

Listrik Indonesia | Pada tanggal 28 April 2025, Spanyol dan Portugal mengalami pemadaman listrik massal (blackout) yang berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung dan belum ada pernyataan resmi mengenai penyebab utama gangguan tersebut. Padahal, kawasan Eropa dikenal memiliki sistem interkoneksi listrik antarnegara yang sangat solid. 

Blackout ini mempengaruhi lebih dari 50 juta orang, terutama di Spanyol dan Portugal. Namun, sebagian kecil wilayah di selatan Prancis juga ikut terdampak. Meski pemadaman hanya berlangsung sekitar 10 jam, efeknya terasa luas. Sistem telekomunikasi lumpuh, transportasi terganggu, hingga layanan darurat tidak bisa berfungsi optimal. Bahkan, dilaporkan ada delapan korban jiwa yang terkait, antara lain akibat kebakaran dari lilin dan keracunan gas dari generator. 

Dalam tulisannya, Arcandra Tahar mantan Menteri dan Wakil Menteri ESDM. Bagi negara maju, kehilangan nyawa dalam situasi yang sebenarnya bisa dicegah merupakan alarm serius. Mereka biasanya akan menanggapi dengan sangat serius, memastikan investigasi dilakukan secara menyeluruh agar peristiwa serupa tidak terjadi kembali. Ketekunan dalam menyelesaikan masalah adalah ciri dari bangsa yang maju. 

Meskipun hasil investigasi resmi belum dirilis, sejumlah indikasi awal mulai mencuat. Salah satunya adalah dominasi energi terbarukan dalam pasokan listrik saat kejadian. Data menunjukkan sekitar 59% energi berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan 12% dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), sehingga lebih dari 70% pasokan berasal dari sumber energi yang bersifat intermiten. 

Karakteristik intermiten berarti produksi listrik sangat bergantung pada kondisi alam apakah matahari bersinar atau angin bertiup. Mengandalkan sumber energi seperti ini tanpa sistem penyeimbang yang kuat menjadikan jaringan listrik sangat rentan. 

Memang, selama ini sistem kelistrikan di kawasan selatan Eropa terbilang stabil. Namun, situasi luar biasa bisa memicu kegagalan, terutama jika pembangkit tidak dapat mengimbangi permintaan daya dan sistem interkoneksi tak mampu menahan beban. 

Kemungkinan lain adalah gangguan teknis seperti kerusakan peralatan di gardu induk, beban berlebih (overload), atau kegagalan sistem proteksi yang seharusnya mengisolasi gangguan agar tidak meluas. Ketika kestabilan jaringan terganggu secara tiba-tiba, pembangkit bisa otomatis keluar dari sistem, dan pemadaman pun terjadi. 

Apakah peristiwa ini akibat serangan siber atau sabotase? Menurut otoritas Spanyol, hingga saat ini tidak ditemukan indikasi adanya serangan semacam itu. 

Jika benar bahwa dominasi energi terbarukan menjadi pemicu ketidakstabilan jaringan, maka ada pelajaran besar yang bisa kita petik. Transisi energi dari sumber fosil ke energi bersih adalah langkah penting demi lingkungan yang lebih sehat. Namun, apakah transisi ini semata bertujuan menurunkan emisi karbon? 

Seringkali, kita terlalu fokus pada emisi, padahal transisi energi seharusnya menyentuh aspek yang lebih luas. Ini termasuk perencanaan sistem suplai dan konsumsi, serta pembaruan infrastruktur seperti pembangkit, gardu induk, dan jaringan transmisi. 

Misalnya, jika sebuah negara masih sangat bergantung pada PLTU sebagai pembangkit dasar (baseload), sementara pembangkit gas (PLTG) dan air (PLTA) jumlahnya terbatas, maka integrasi energi terbarukan yang fluktuatif akan sangat menantang. Ketidakseimbangan ini berpotensi besar menyebabkan blackout. 

Bagaimana jika PLTS dan PLTB ditambahkan secara masif untuk mempercepat transisi? Bahkan dengan teknologi canggih seperti smart grid dan dukungan interkoneksi regional, blackout di Spanyol dan Portugal tetap terjadi. 

Apakah baterai penyimpanan bisa menjadi solusi? Selain biayanya tinggi, risiko tetap ada jika infrastruktur kelistrikan belum siap sepenuhnya. Tanpa sistem yang handal, teknologi sehebat apapun belum tentu mampu mencegah kegagalan jaringan. 

Dari kasus ini, kita diingatkan untuk merancang sistem kelistrikan nasional secara serius dan menyeluruh. Transisi energi bukan hanya soal mengganti sumber energi, tetapi menyusun kembali seluruh ekosistemnya agar andal, aman, dan berkelanjutan.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Listrik

Index

Berita Lainnya

Index