Listrik Indonesia | PT Pertamina (Persero) melalui program Desa Energi Berdikari (DEB) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan dan transisi energi nasional. Kali ini, 408 petani di Desa Uma Palak Lestari, Denpasar Utara, Bali, merasakan langsung dampak positif dari inovasi teknologi dan energi terbarukan yang diterapkan di wilayah mereka.
Kekeringan panjang yang melanda Indonesia sejak 2023 mengancam produktivitas pertanian. Sistem irigasi tradisional subak di Bali pun tak luput dari dampaknya. “Kami kesulitan air saat musim kemarau. Produksi padi menurun, bahkan beberapa gagal panen,” ungkap I Made Darayasa, petani lokal.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, masyarakat Desa Uma Palak menjalin kerja sama dengan Aviation Fuel Terminal (AFT) Ngurah Rai Pertamina Patra Niaga. Bersama, mereka mengembangkan sistem pengairan cerdas bernama SIUMA (Suplai Energi Manajemen Irigasi Uma Palak), yang memadukan teknologi sensor kelembaban tanah berbasis IoT dengan energi terbarukan.
Sistem SIUMA memungkinkan petani memantau kondisi tanah secara real time melalui grup WhatsApp, sehingga irigasi dapat diatur lebih efisien. Teknologi ini didukung pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 21 kWp serta sistem mikrohidro yang memanfaatkan limbah selang bekas dari distribusi avtur, menjadikannya solusi ramah lingkungan dan hemat biaya.
"Program ini merupakan bagian dari upaya kami memperluas pemanfaatan energi bersih di tingkat komunitas," jelas Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero). Ia menambahkan, hingga kini, terdapat 172 DEB di seluruh Indonesia, dengan 31 di antaranya fokus pada ketahanan pangan.
Dampaknya terasa nyata. Produksi padi organik meningkat dari 5,1 ton per hektare menjadi 7,5 ton, dan omzet tahunan dari pertanian mencapai Rp 476 juta. Penggunaan traktor elektrik juga menekan biaya pengolahan lahan, sementara biaya operasional irigasi bisa dihemat hingga Rp 700 ribu per bulan.
Selain mengangkat sektor pertanian, Desa Uma Palak kini berkembang menjadi kawasan ekowisata edukatif. Fasilitas seperti ruang terbuka hijau, jalur joging, kafe, dan area camping menarik 72 ribu pengunjung per tahun dan menambah pendapatan warga sekitar Rp 64 juta per tahun.
Inisiatif ini juga mendukung pengurangan emisi karbon hingga 27,3 ton CO? ekuivalen per tahun, serta membuka akses terhadap pelatihan pertanian organik dan peluang usaha baru, terutama bagi 24 petani perempuan yang turut terlibat.
"Transformasi ini membuktikan bahwa kolaborasi dan teknologi dapat membawa perubahan nyata bagi kesejahteraan desa," tutur I Gede Sudi Arcana, Lurah Peguyangan.
Langkah Pertamina ini selaras dengan target Net Zero Emission 2060 dan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), khususnya TPB 2 (Tanpa Kelaparan), TPB 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), serta TPB 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
