Menapak Usia ke-26, METI Menguatkan Peran Strategisnya dalam Transisi Energi Nasional

Menapak Usia ke-26, METI Menguatkan Peran Strategisnya dalam Transisi Energi Nasional
Dirgahayu METI ke-26

Listrik Indonesia | Pada 11 Mei 2025, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) baru saja genap berusia 26 tahun. Sejak berdiri pada 11 Mei 1999, METI terus memperkuat perannya sebagai jembatan strategis dalam mempercepat transisi energi di Tanah Air. 

Didorong oleh semangat kolaborasi lintas sektor, METI hadir sebagai organisasi nirlaba yang menjadi ruang bertukar pikiran bagi para ilmuwan, regulator, akademisi, pelaku industri, hingga masyarakat sipil dalam mewujudkan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. 

Ketua Umum METI, Wiluyo Kusdwiharto, menegaskan pentingnya peran organisasi ini dalam mendukung target besar Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. “Kontribusi energi fosil di Indonesia masih mendominasi, sekitar 67%. Ini tantangan besar. Transisi energi bukan pekerjaan satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor,” ujarnya kepada Listrik Indonesia. Minggu, (12/5/2025). 

Dalam perjalanannya, Wiluyo melihat bagaimana keberagaman anggota METI menjadi kekuatan tersendiri. Dari akademisi hingga pelaku usaha, dari pemerintah hingga aktivis, semuanya membawa sudut pandang unik yang memperkaya diskusi. “Itulah yang membuat METI bisa berperan penting dalam mendorong kebijakan energi yang berkeadilan,” ujarnya. 

Kolaborasi pun menjadi napas utama, menjalin kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan demi memperluas pemanfaatan energi bersih di Indonesia.
Salah satu fokus utamanya adalah penguatan industri dalam negeri langkah konkret yang diyakini mampu membuka lapangan kerja dan menjaga ketahanan ekonomi di tengah dinamika global. 

“Transisi energi tidak semata soal mengurangi energi fosil, tetapi juga membangun kemandirian dan swasembada energi nasional,” jelas Wiluyo. 

Lebih lanjut, METI juga berperan aktif dalam mendukung inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP), yang menjadi salah satu pilar pendanaan besar dalam transisi energi. Dengan estimasi kebutuhan pembiayaan hampir USD 1 triliun menuju NZE 2060, kerja sama internasional menjadi krusial. METI berkomitmen menjadi fasilitator antara pelaku usaha dan mitra luar negeri untuk mendukung akses pada dukungan teknis dan finansial. 

Memasuki usia ke-26, METI tak hanya melihat ke belakang, tapi juga menetapkan pandangan ke depan. Wiluyo menekankan pentingnya regulasi yang “konsisten dan jelas” dari pemerintah untuk menciptakan ekosistem energi terbarukan yang kuat dan berdaya saing. 

“Kami akan terus mendorong pengembangan teknologi, kesiapan infrastruktur, serta inovasi kebijakan agar investasi di sektor ini makin menarik dan kompetitif,” tambahnya. 

Dengan semangat baru di usia yang matang, METI meneguhkan tekad untuk menjadi mitra strategis pemerintah dan seluruh stakeholder dalam membangun masa depan energi Indonesia yang mandiri, tangguh, dan berkelanjutan. 

Dirgahayu ke-26 METI!
Mari terus bersinergi, membawa Indonesia menuju swasembada energi dan emisi nol di masa depan.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#METI

Index

Berita Lainnya

Index