Listrik Indonesia | Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya sektor pertimahan dalam mendongkrak perekonomian daerah penghasil seperti Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam perbincangan santai di Kampung Kudai, Sungailiat, tempat kelahirannya, ia menegaskan bahwa timah masih menjadi komoditas andalan yang menyokong kehidupan masyarakat serta pembangunan daerah.
“Sebagai putra daerah, saya melihat sendiri bagaimana timah menjadi tulang punggung ekonomi kita. Lebih dari 95% produksi timah nasional berasal dari Bangka Belitung,” ujar Bambang dikutip Selasa, (13/5/2025).
Namun, ia tak menutup mata terhadap tantangan yang dihadapi sektor ini, terutama pasca pengetatan hukum dalam dua tahun terakhir yang menyebabkan aktivitas tambang dan peleburan timah melambat drastis. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Babel tahun 2024 anjlok ke angka 0,7%—salah satu yang terendah di Indonesia.
“Kita prihatin. Tapi saya optimis, dengan pelantikan Gubernur baru dan fleksibilitas dalam pengaturan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKB) pertimahan, roda ekonomi akan segera berputar kembali,” jelasnya.
Royalti Naik, Harapan Daerah Meningkat
Salah satu hal yang turut diperjuangkan Bambang adalah peningkatan royalti timah. Selama duduk di DPR, ia mengawal wacana ini agar bagi hasil dari tambang bisa lebih terasa di daerah.
“Sebelumnya, royalti hanya 3%, dan itu tidak terasa dampaknya bagi daerah. Dengan tarif baru yang progresif antara 3% hingga 10%, kita berharap pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan bisa didanai lebih optimal,” ungkapnya.
Bambang menyebut beberapa wilayah seperti Mapur dan Bedukang masih menggunakan jembatan darurat akibat keterbatasan anggaran. “Dengan royalti yang meningkat, daerah bisa membangun lebih banyak fasilitas publik,” katanya.
Hilirisasi Bukan Sekadar Narasi
Lebih jauh, ia menegaskan pentingnya hilirisasi industri agar tidak hanya menjual komoditas mentah, tetapi juga menciptakan nilai tambah serta lapangan kerja, khususnya bagi generasi muda.
“Hilirisasi harus nyata. Bukan hanya di sektor tambang, tapi juga pertanian. Banyak lahan bekas tambang kini ditanami sawit oleh masyarakat. Bahkan ada yang dijadikan objek wisata seperti Danau Biru di Koba,” ujar Bambang.
Ia juga mengapresiasi inisiatif anak muda yang memanfaatkan media sosial dan ekonomi kreatif untuk mempromosikan produk lokal. “Anak muda Babel sangat kreatif. Banyak dari mereka kini menjadi konten kreator, membuka usaha kecil, dan memasarkan produk secara digital. Ini potensi besar yang harus didukung,” lanjutnya.
Menjaga Keberlanjutan Tambang
Meski timah menjadi sumber utama ekonomi, Bambang menyadari bahwa sumber daya alam tidak bisa terus-menerus dieksploitasi tanpa perhitungan. Oleh karena itu, ia mendorong pengelolaan tambang yang berkelanjutan.
“Sumber daya ini pasti akan habis. Maka, pengaturan RKB harus dilakukan ketat agar produksi tetap terjaga tanpa merusak lingkungan secara berlebihan. Saat ini, sebagian besar tambang sudah beralih ke laut, karena cadangan di darat makin menipis,” katanya.
Sebagai Ketua Komisi XII yang membidangi energi dan sumber daya mineral, Bambang memastikan bahwa pihaknya terus mendorong regulasi yang berpihak pada daerah penghasil. Ia juga berkomitmen agar eksplorasi sumber daya baru terus dilakukan.
“Eksplorasi tetap berjalan. Kita berharap bisa menemukan cadangan baru dan memastikan keberlanjutan sektor pertimahan. Yang penting adalah manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” tutup Bambang.
