Listrik Indonesia | Batu bara sudah lama menjadi bagian penting dari sumber energi dunia. Salah satu jenisnya, yaitu bituminous, menyumbang porsi besar dalam pembangkit listrik dan industri berat. Di Indonesia, batu bara bituminous tidak hanya diekspor ke berbagai negara, tetapi juga digunakan untuk mendukung kebutuhan energi dalam negeri.
Apa Itu Batu Bara Bituminous?
Batu bara bituminous termasuk dalam kategori batu bara menengah hingga tinggi. Kandungan karbonnya berkisar antara 45% sampai 86%, menjadikannya sebagai bahan bakar dengan nilai kalori yang cukup tinggi, yaitu antara 24 hingga 35 megajoule per kilogram.
Dari segi tampilan, batu bara ini berwarna hitam pekat, memiliki tekstur keras tapi mudah rapuh, dan menghasilkan panas tinggi saat dibakar. Dibandingkan dengan jenis yang lebih muda seperti lignit atau sub-bituminous, batu bara bituminous menghasilkan lebih sedikit asap namun lebih banyak energi.
Penggunaan Utama
Bituminous banyak dimanfaatkan dalam dua sektor utama:
Pembangkit Listrik: Digunakan sebagai bahan bakar di pembangkit listrik tenaga uap karena efisiensi pembakarannya yang baik.
Industri Baja: Batu bara jenis khusus, yaitu coking coal, diproses menjadi kokas untuk membantu peleburan besi dalam industri baja.
Selain itu, batu bara bituminous juga digunakan dalam produksi semen, kaca, dan keramik, karena kemampuannya menciptakan suhu tinggi yang stabil.
Posisi Indonesia di Pasar Global
Indonesia merupakan salah satu pengekspor batu bara bituminous terbesar di dunia. Pada tahun 2023, ekspornya mencapai hampir 70 juta ton. Negara-negara seperti Jepang, India, dan Tiongkok menjadi pasar utama. Namun, pada awal 2025, terjadi penurunan ekspor karena berkurangnya permintaan dari mitra dagang utama.
Meskipun begitu, batu bara jenis ini tetap menjadi andalan di dalam negeri, terutama untuk pembangkit listrik dan kebutuhan industri dasar.
Dampak Lingkungan
Seperti jenis batu bara lainnya, pembakaran batu bara bituminous menimbulkan emisi karbon dioksida dan gas pencemar lain seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Jika tidak dikendalikan, emisi ini bisa berdampak buruk terhadap kualitas udara dan mempercepat perubahan iklim.
Masa Depan di Tengah Transisi Energi
Pemerintah Indonesia saat ini tengah menggalakkan penggunaan energi bersih dan merencanakan pengurangan bertahap pembangkit berbahan fosil dalam dua dekade ke depan. Namun, karena ketergantungan yang masih tinggi terhadap batu bara, proses transisi ini tidak bisa dilakukan secara instan. Perlu strategi yang matang dan investasi besar untuk membangun sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Batu bara bituminous adalah sumber energi penting yang memiliki peran besar dalam pembangunan dan ekonomi. Namun, penggunaannya harus disertai kesadaran akan dampak lingkungan dan perlunya diversifikasi energi. Di masa depan, batu bara bituminous mungkin tetap digunakan, tapi dengan pendekatan yang lebih bertanggung jawab dan efisien.
