Listrik Indonesia | Majalah Listrik Indonesia edisi ke-105 kembali hadir dengan bahasan yang tajam dan relevan, kali ini mengangkat tema besar: “Menjaga Asa Potensi Ekspor Sektor Kelistrikan dan Energi”. Tema ini muncul di tengah dinamika perdagangan global yang memanas, terutama akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Dampaknya merembet ke banyak negara, termasuk Indonesia, dan memaksa pelaku industri dalam negeri untuk memikirkan strategi baru demi menjaga daya saing di pasar ekspor.
Untuk menggali isu ini secara komprehensif, Majalah Listrik Indonesia menghadirkan narasumber-narasumber kredibel yang telah malang melintang di sektor kelistrikan dan energi.
Salah satunya adalah Forman Lee, President Director PT Symphos Electric yang menjadi Cover Utama edisi ini. Symphos Electric produsen transformator yang tidak hanya kuat di pasar domestik, tetapi juga kian agresif menembus pasar luar negeri. Tim redaksi bahkan berkesempatan mengunjungi langsung pabrik mereka yang berlokasi di Kawasan Industri Cikupa, Tangerang.
Begitu memasuki area pabrik, atmosfer industri langsung terasa. Deretan transformator tampak siap kirim, beberapa forklift sibuk mondar-mandir mengangkut trafo menuju area pengiriman. Lebih ke dalam, proses perakitan trafo raksasa sedang berlangsung. Salah satu engineer menyebut, trafo tersebut adalah pesanan dari Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa merek lokal Weltraf milik PT Symphos Electric benar-benar serius menjajaki pasar ekspor global.
“Kami sedang fokus menggarap pasar ekspor ke sejumlah negara. Amerika dan Asia Tenggara menjadi prioritas kami,” ujar Forman Lee.
Sementara itu, dari sisi kebijakan dan regulasi, Benny Soetrisno, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) sekaligus Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia, mengkritisi skema tarif dagang yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak sejalan dengan aturan perdagangan internasional dan justru akan membebani masyarakat Amerika sendiri. Harga barang akan melonjak karena beban tarif ditanggung importir dan akhirnya diteruskan ke konsumen.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga angkat suara. Ia menyebut bahwa sebagai respons atas tekanan tarif tersebut, Indonesia akan menghentikan impor BBM dari Singapura dan mulai membuka kerja sama baru dengan Amerika Serikat dan negara-negara di Timur Tengah. Langkah ini menjadi bagian dari negosiasi dagang yang lebih strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar energi global.
Tak kalah menarik, Koperasi Energi Terbarukan Indonesia (Kopetindo) juga tampil sebagai salah satu sorotan utama. Ketua Umum Kopetindo, Widi Pancono, menyatakan bahwa peluang pasar bioenergi seperti biomassa dan biogas sangat cerah. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengisi kebutuhan energi bersih di pasar domestic maupun internasional, terutama di negara-negara yang tengah gencar melakukan transisi energi.
Edisi ke-105 ini tak hanya menghadirkan liputan-liputan eksklusif dan wawancara mendalam, tapi juga menyajikan rubrik-rubrik menarik lain yang memperkaya perspektif pembaca. Salah satunya adalah bahasan seputar ajang Indonesia Best Electricity Award (IBEA) 2025, yang menghadirkan deretan tokoh nasional yang berkontribusi besar di sektor ketenagalistrikan yang menjadi dewan juri di kegiatan tersebut..
Dengan sajian yang berimbang antara industri, kebijakan, hingga inovasi energi terbarukan, Majalah Listrik Indonesia edisi kali ini benar-benar layak menjadi rujukan utama bagi siapa pun yang peduli dengan masa depan energi Indonesia di kancah global.
