Listrik Indonesia | Pemerintah Indonesia kini mengambil langkah serius untuk mendorong hilirisasi sumber daya alam sebagai bagian dari strategi memperkuat ketahanan energi dan kedaulatan ekonomi.
Ketua Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi, Ahmad Erani Yustika, menyampaikan bahwa selama ini Indonesia terlalu bergantung pada ekspor bahan mentah dan belum optimal dalam mengolah kekayaan alam secara mandiri.
"Selama ini kita hanya berhenti di tahap eksplorasi, bahkan sering kali langsung mengekspor bahan mentah tanpa pengolahan. Ini tentu pemborosan potensi besar yang kita miliki," ujar Erani dalam pernyataannya di economic update, dikutip Senin (9/6/2025).
Meski tantangan hilirisasi tidak ringan, sejumlah proyek besar sudah mulai menunjukkan hasil. Ia mencontohkan pembangunan smelter PT Freeport di Gresik yang kini telah beroperasi, serta pabrik pengolahan alumina di Mempawah yang mulai produksi. "Ini bukti bahwa hilirisasi sudah berjalan, tapi kita perlu percepat dan sistematiskan," tegasnya.
Erani mengungkapkan, Satgas saat ini fokus pada pengembangan hilirisasi berbagai komoditas strategis seperti bauksit, pasir besi, silika, hingga mangan. Tujuannya adalah mengubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi atau produk akhir yang bernilai tambah tinggi.
Namun, proyek-proyek ini memerlukan sumber daya besar dan kompleksitas tinggi, baik dari sisi anggaran, teknologi, maupun tenaga kerja. Oleh karena itu, Satgas mengusung pendekatan bertahap. "Kita akan isi pohon industri secara terukur, mulai dari yang paling siap. Dampaknya bisa sangat besar: dari penghematan devisa, pengurangan impor, hingga penyerapan tenaga kerja dalam negeri," jelas Erani.
Presiden Prabowo Subianto, menurut Erani, telah memberikan perhatian serius terhadap isu hilirisasi dan ketahanan energi sejak awal masa kepemimpinannya. Dalam pertemuan nasional pekan lalu, Presiden menekankan bahwa ini adalah momen penting untuk memperkuat kedaulatan ekonomi bangsa.
"Beliau menyebut ini sebagai hari bersejarah. Untuk pertama kalinya, isu hilirisasi dan ketahanan energi ditangani secara serius dan terkoordinasi lintas sektor. Presiden ingin seluruh kekuatan nasional digerakkan untuk mewujudkan cita-cita besar ini," ungkap Erani.
Untuk mendukung langkah tersebut, pemerintah juga telah membentuk lembaga pembiayaan strategis bernama Danantara. Lembaga ini akan menjadi tulang punggung dalam pembiayaan proyek-proyek hilirisasi, terutama yang tidak bisa dijalankan oleh swasta karena nilai investasinya yang sangat besar.
"Danantara akan mengkonsolidasikan kekuatan finansial nasional dan bisa bermitra dengan swasta, baik domestik maupun asing. Tapi arahan Presiden jelas: sebisa mungkin proyek strategis ini dikerjakan oleh anak bangsa," tutup Erani.
