Listrik Indonesia | Seminar Nasional yang menjadi bagian dari ajang Indonesia Best Electricity Award (IBEA) 2025 sukses digelar hari ini di Jakarta, mengangkat tema “Implementation of Sustainable Energy Industry Policy towards National Energy Self-Sufficiency”.
Seminar ini menghadirkan para pakar dan pelaku industri energi untuk berdiskusi mengenai langkah-langkah konkret menuju kemandirian energi nasional.
Seminar ini dipimpin oleh Dewan Juri IBEA, Satya W. Yudha, dan menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka, antara lain Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya, Direktur Utama PT Medco Power Indonesia Eka Satria, President Director & CEO PT Supreme Energi Nisriyanto, Ketua Umum Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI) Yohanes P. Widjaja, Rektor ITPLN Prof. Iwa Garniwa, serta dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM, Prof. Sarjiya.
Ketua Dewan Pakar Majalah Listrik Indonesia, Herman Darnel Ibrahim, membuka seminar nasional IBEA 2025. Ia mengatakan bahwa penyelenggaraan seminar ini bukan hanya menjadi forum berbagi pengetahuan, tapi juga bagian dari kontribusi nyata Majalah Listrik Indonesia dalam mendukung kebijakan energi nasional yang berkelanjutan.
“Seminar ini kami adakan sebagai bentuk komitmen untuk mendorong pemahaman yang lebih baik di kalangan pelaku industri, terutama para peserta dari 52 perusahaan yang mengikuti IBEA tahun ini. Tujuannya agar kita bersama-sama punya semangat dalam mencapai ketahanan dan kemandirian energi nasional,” ujar Herman dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Pria yangbakrab disapa HDI ini menegaskan bahwa Majalah Listrik Indonesia (MLI) telah aktif memainkan peran strategis selama lebih dari 16 tahun, sejak pertama kali terbit pada 2009 bersamaan dengan lahirnya Dewan Energi Nasional dan Ditjen EBTKE. Hingga Juli 2025, majalah ini telah merilis 105 edisi yang sebagian besar fokus pada isu transisi energi dan energi terbarukan.
Dari 24 cover story utama yang telah diterbitkan, 14 di antaranya membahas isu kemandirian energi, sementara 10 lainnya mengangkat topik transisi energi dan pengembangan energi terbarukan.
Selain itu, ratusan artikel telah diterbitkan oleh wartawan MLI, termasuk lebih dari 100 artikel bertema “transisi energi”, 42 artikel tentang “dekarbonisasi”, dan 9 artikel terkait langsung dengan “kemandirian energi”.
“Angka-angka ini bukan sekadar statistik, tetapi cerminan konsistensi kami dalam menyuarakan transisi energi dan pembangunan sektor energi nasional yang lebih berkelanjutan,” tegas Herman.
Sebagai media yang tumbuh dan berkembang bersama dinamika sektor energi, Listrik Indonesia juga berperan sebagai jembatan strategis antara pelaku usaha seperti vendor, supplier, dan penyedia jasa kelistrikan dengan pemerintah dan PLN Group selaku pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Saat ini, mayoritas pembacanya terdiri dari profesional energi (60%), disusul kalangan pemerintahan dan BUMN (10%), akademisi dan peneliti (15%), serta pembaca umum (15%).
Tak berhenti pada media cetak, MLI juga telah bertransformasi digital melalui portal listrikindonesia.com, menghadirkan podcast “Bincang Listrik Indonesia”, serta e-magazine untuk menjangkau pembaca dari Sabang sampai Merauke.
“Kami ingin tetap menjadi media yang bukan hanya memberi informasi, tetapi juga membangun tekad dan semangat bagi seluruh insan keenergian Indonesia,” tambahnya.
Sebagai penutup, Herman Darnel Ibrahim menyampaikan apresiasi kepada kementerian, lembaga pemerintah, BUMN, asosiasi, serta seluruh mitra industri energi yang telah mendukung eksistensi dan kiprah Majalah Listrik Indonesia selama ini.
“Semoga seminar ini menjadi wadah yang bermanfaat dan mampu memberikan inspirasi untuk mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan energi yang lebih progresif dan berdampak luas,” tutupnya.
GoogleNews
.jpg)
