Listrik Indonesia | PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), sebagai subholding gas di bawah Pertamina, terus memperkuat perannya dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus mempercepat transisi menuju energi bersih. Selama lebih dari 60 tahun beroperasi, PGN tak hanya menjadi penyedia energi, tetapi juga agent of development yang memastikan gas bumi dapat dinikmati masyarakat di berbagai penjuru Indonesia.
Direktur Komersial PGN, Ratih Esti Prihatini, menegaskan bahwa pihaknya bersinergi erat dengan pemerintah untuk menjaga keandalan pasokan gas yang kompetitif sekaligus memperluas akses dan infrastruktur gas bumi. “PGN saat ini mengelola 95 infrastruktur gas yang tersebar di 18 provinsi dan 77 kota/kabupaten. Mulai dari jaringan pipa transmisi, distribusi, terminal LNG, hingga SPBG,” jelasnya dalam sebuah diskusi publik.
Lebih dari 830.000 pelanggan telah dilayani PGN, mulai dari sektor kelistrikan, pupuk, industri komersial hingga UMKM. Namun, Ratih mengakui bahwa tantangan besar masih membayangi, khususnya terkait ketidakseimbangan antara lokasi pasokan dan permintaan gas.
Tantangan Klasik: Gas dari Timur, Konsumen di Barat
Salah satu tantangan utama yang dihadapi PGN adalah ketidaksesuaian antara lokasi pusat produksi gas yang mayoritas berada di Indonesia Timur, dengan permintaan yang justru tinggi di wilayah barat, seperti Jawa dan Sumatera. “Infrastruktur gas nasional belum sepenuhnya terintegrasi. Ini yang sedang kami kejar agar mismatch supply-demand bisa ditekan,” ujar Ratih.
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, PGN mengandalkan dua jenis saluran utama: jaringan pipa dan LNG. Berbagai proyek pun digenjot, termasuk pembangunan fasilitas LNG di Teluk Lamong (Jawa Timur), penguatan terminal LNG di Lampung dan Jawa Barat, serta pembangunan jalur pipa strategis seperti Dumai Sei Mangke di Sumatera dan pipa Tegal–Cilacap yang mengalirkan gas hingga ke Jawa bagian selatan.
“Di tahun 2026, kami rencanakan Pipacism pipa yang menghubungkan Jawa Timur dengan Jawa Barat akan mulai beroperasi. Ini akan memperkuat konektivitas dan fleksibilitas pasokan di Pulau Jawa,” jelas Ratih.
Strategi PGN: Gas Tak Hanya untuk Kota
PGN tak hanya fokus pada pelanggan industri besar. Energi bersih berbasis gas juga tengah didorong untuk menjangkau rumah tangga, terutama lewat program jaringan gas (jargas). Di wilayah timur Indonesia, pendekatannya berbeda. Karena karakteristik kepulauan yang menantang, PGN memilih strategi beyond pipeline atau distribusi LNG skala kecil (small scale LNG), terutama untuk sektor kelistrikan dan smelter.
Di Papua Utara, misalnya, PGN menggandeng anak usaha PLN, PLNPI, untuk memperluas akses gas melalui pembangunan infrastruktur LNG yang efisien dan sesuai dengan kondisi geografis.
PGN menyadari pentingnya infrastruktur sebagai tulang punggung distribusi gas. Sekitar 67% dari belanja modal (capex) PGN difokuskan pada pembangunan infrastruktur. Tak hanya mengandalkan kekuatan internal, PGN juga aktif berkolaborasi, baik dengan swasta maupun dengan lembaga pemerintah, dalam mempercepat penyediaan energi bersih ke berbagai wilayah.
“Kami tidak jalan sendiri. Dalam banyak proyek, kami berpartner, termasuk dalam penugasan pemerintah,” kata Ratih.
Dalam konteks transisi energi dan swasembada energi nasional, PGN memegang peran penting sebagai penghubung antara sumber daya dan kebutuhan masyarakat. Energi gas bukan hanya menjadi solusi jangka pendek, tapi juga bagian dari transformasi jangka panjang menuju sistem energi nasional yang lebih bersih, efisien, dan merata.
“PGN hadir bukan hanya sebagai perusahaan, tapi sebagai bagian dari solusi energi Indonesia,” tutup Ratih.
.jpg)
