Current Date: Selasa, 18 November 2025

Antam Akui Produksi Emas Nasional Minim, Impor Masih Jadi Andalan

Antam Akui Produksi Emas Nasional Minim, Impor Masih Jadi Andalan
Ilustrasi Emas Antam

Listrik Indonesia | PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengungkapkan bahwa kebutuhan emas di dalam negeri jauh melebihi kapasitas produksi nasional. Untuk menjaga ketersediaan pasokan, Antam masih harus mengimpor emas, terutama dari Singapura dan Australia. 

Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, menjelaskan penjualan emas pada 2024 tercatat 37 ton, dan tahun ini ditargetkan meningkat menjadi 43 ton. Namun, produksi dari tambang Pongkor satu-satunya tambang emas milik Antam hanya sekitar 1 ton per tahun. 

“Tambang Pongkor produksinya hanya 1 ton per tahun, sedangkan kebutuhan pasar jauh lebih tinggi,” kata Achmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (29/9/2025). 

Untuk menutup kesenjangan pasokan, Antam mengandalkan tiga sumber utama. Pertama, emas hasil buyback dari masyarakat, sekitar 2,5 ton per tahun. Kedua, pasokan dari perusahaan tambang lain di Indonesia yang menggunakan fasilitas pemurnian Antam. Namun, skema ini tidak selalu berjalan lancar karena perusahaan tambang lebih memilih ekspor. Faktor harga yang lebih fleksibel, adanya bundling dengan perak, serta beban pajak PPN 13 persen menjadi pertimbangan utama mereka. 

Padahal, potensi produksi emas nasional diperkirakan mencapai 90 ton per tahun. Sayangnya, tidak ada aturan yang mewajibkan perusahaan tambang menjual emasnya ke dalam negeri. “Artinya, tidak ada kepastian pasokan bagi Antam,” ujarnya. 

Sebagai jalan keluar, Antam melakukan impor dari mitra yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA), baik bullion bank, refinery, maupun trader internasional. Jumlah impor dari Singapura, misalnya, diperkirakan mencapai 30 ton per tahun. 

Sinergi dengan Freeport 

Tahun 2025 menjadi titik baru bagi pasokan emas domestik setelah smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik mulai beroperasi pada April. Untuk pertama kalinya, Freeport menghasilkan emas murni di dalam negeri. Antam pun menjalin kontrak untuk menyerap seluruh produksi tersebut. 

Pada tahap awal, smelter Freeport diperkirakan menghasilkan sekitar 9 ton emas hingga akhir 2025. Kapasitasnya akan meningkat hingga 25–30 ton per tahun setelah proses komisioning berjalan penuh. “Dengan adanya smelter di Gresik, konsentrat emas tidak lagi diekspor,” jelas Achmad. 

Meski tambahan dari Freeport cukup signifikan, angka tersebut tetap belum mampu menutup seluruh kebutuhan nasional. 

Tingkatkan Kapasitas Produksi 

Antam kini memiliki fasilitas pemurnian di Pulogadung dengan kapasitas 40 ton per tahun. Kapasitas ini akan diperkuat dengan pembangunan minting factory di Surabaya yang menambah 30 ton per tahun. 

“Dengan tambahan fasilitas ini, total kapasitas pencetakan Antam bisa mencapai 70 ton per tahun. Sehingga semakin banyak produk logam mulia yang dapat disalurkan kepada masyarakat,” pungkas Achmad.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Antam

Index

Berita Lainnya

Index