Listrik Indonesia | Apa yang tersaji di Piala Dunia Qatar sejak pembukaan 20 November hingga penutupan nanti di 18 Desember 2022 adalah buah dari perjalanan panjang Qatar mempersiapkan segalanya. Termasuk penyediaan energi listrik. Sejak diresmikan FIFA (federasi sepak bola dunia) pada tahun 2010, Qatar serius membangun agar predikat sebagai tuan rumah yang baik akan dicatat dunia.
Benar saja, tak tanggung-tanggung, sekitar Rp3.140 triliun dihabiskan Pemerintah Qatar untuk menyukseskan gelaran piala dunia di negerinya. Nilai yang fantastis dan tercata sebagai biaya penyelenggaran piala dunia termahal. Selain membangun stadion, dana sebanyak itu juga digunakan untuk pembangunan infrastruktur, bandara, hotel, telekomunikasi, dan juga pembangkit listrik.
Terkait dengan pasokan energi listrik untuk perhetalan piala dunia, Qatar juga serius mempersiapkannya. Secara khusus, negeri kaya raya itu membangun pembangkit listrik fotovoltaik Al Kharsaah 800 megawatt. Ini jadi pembangkit listrik nonfosil pertama di Qatar. Pembangkit yang dibangun oleh Power-China Guizhou Engineering Co ini memasok kebutuhan energi selama perhelatan Piala Dunia 2022 Qatar. Pasokan energinya sudah dimanfaatkan sejak pembukaan Piala Dunia pada 20 November 2022 lalu di Stadion Al Bayt, Doha.
Jadi pendar cahaya yang terang benderang selama Piala Dunia Qatar berlangsung itu, ada kontribusi besar dari pembangkit listrik fotovoltaik dalam memasok energi bersih yang stabil. Ada penghematan karbon dari proyek tersebut untuk mengimbangi setengah dari emisi yang dihasilkan dari Piala Dunia.
Dengan investasi USD417 juta atau sekitar Rp6,5 triliun, pembangkit listrik fotovoltaik yang dibangun sejak tahun 2020 dan berdiri di atas tanah seluas 10 kilometer persegi di wilayah Al Kharsaah Gurun Gobi (50 kilometer dari pusat Doha) diharapkan dapat menyediakan sekitar 1,8 miliar kilowatt-jam listrik bersih ke Qatar setiap tahun. Jumlah ini setara untuk memenuhi permintaan listrik dari 300.000 keluarga di Qatar. Qatar memang beda.