Gempa Guguran Meningkat, Status Gunung Karangetang Naik Menjadi Level Siaga

Gempa Guguran Meningkat, Status Gunung Karangetang Naik Menjadi Level Siaga

Listrik Indonesia | Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Api Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara, menjadi Level III (Siaga) setelah adanya peningkatan kejadian guguran pada Kawah Utama. Berdasarkan data instrumental yang diamati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gempa Guguran menunjukan peningkatan sejak 18 Januari 2023, dan semakin meningkat pada 6 Februari 2023 sehingga terekam sebanyak 43 kejadian dan pada 7 Februari 2023 gempa Guguran meningkat menjadi 62 kejadian per hari.

"Berdasarkan data pemantauan visual, seismik, potensi bahaya, dan remote sensing, dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas Gunung Karangetang ditingkatkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) pertanggal 8 Februari 2022," ujar Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada pada Konferensi Pers secara virtual, Kamis (9/2).

PVMBG mencatat, pada periode 1-7 Februari 2023 terekam 162 kali gempa Guguran, 54 kali gempa Hembusan, 66 kali gempa Fase Banyak, 3 kali gempa Vulkanik Dangkal, 23 kali gempa Vulkanik Dalam, 3 kali gempa Tektonik Lokal, 1 kali gempa Terasa (MMI I) dan 42 kali gempa Tektonik Jauh.

Berdasarkan pengamatan visual, Gunung Api Karangetang sering berawan hingga mendung kadang tertutup kabut, pada saat jelas teramati asap kawah Utama putih sedang, tinggi sekitar 100 meter di atas puncak, sedangkan di Kawah Utara teramati asap kawah putih sedang, tinggi sekitar 50 meter di atas kubah, api diam pada tubuh kubah masih terjadi. Guguran terjadi dari kawah Utama meluncur ke kali Batuawang dan kali Batang sejauh 800 meter serta ke kali Beha barat sejauh sekitar 1000 meter dari puncak.

Oktory juga menjelaskan bahwa aktivitas yang mendominasi pada fase-fase krisis Gunung Karangetang saat ini adalah aliran lava dan gugurannya yang dapat berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.

"Potensi bahaya lainnya berupa aliran lava, guguran lava, dan aliran piroklastik, yang berarti mekanismenya berupa guguran. Yang artinya ketika ada penumpukan material lava di ujung aliran lava, mengakibatkan awan panas guguran, seperti yang terjadi di tahun 2007. Guguran lava dapat berasal dari kubah lava dan tumpukan material di lereng Gunung Karangetang, dan juga merupakan tumpukan material selama fase erupsi efusif atau erupsi yang berupa aliran lava yang bertumpuk di daerah kawah," papar Oktory.

Berdasarkan potensi bahaya tersebut, PVMBG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di daerah potensi bahaya. Masyarakat diharap tenang dan tidak terpancing isu-isu yang tidak benar, serta selalu mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro.

"Mengacu pada potensi bahaya erupsi Gunung Karangetang, maka kami mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas dan mendekati area Gunung Karangetang pada radius 2,5 kilometer dari kawah utama, serta perluasan sektoral ke arah selatan dan tenggara sejauh 3,5 km," tegas Oktory.

Selain itu, bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar.

Sebagai informasi, Gunung Api Karangetang merupakan gunung api paling aktif di Indonesia dengan seringnya mengalami kejadian erupsi hampir setiap tahun. Karakteristik erupsinya berupa erupsi eksplosif tipe strombolian serta pertumbuhan kubah lava yang sering diikuti oleh kejadian guguran lava. Bahaya Gunung Api Karangetang umumnya diakibatkan oleh guguran lava dari kubah lava dan bahaya sekunder berupa lahar. Risiko bahaya semakin tinggi karena daerah di sekitar Gunung Api Karangetang memiliki jarak antara batas pantai dengan pusat erupsi hanya lebih kurang 4 km dan di dalamnya terdapat banyak pemukiman.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

Berita Lainnya

Index