
Dilansir esdm.go.id, menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, F.X. Sutijastoto, keberadaan Tusina Baraseger ini setidaknya meminimalisir tingginya ketergantungan penggunaan energi fosil dalam proses pembakaran produksi di IKM. Selain itu, masih tinggi harga energi yang membuat IKM membatasi jumlah produksinya. Tusina Baraseger sendiri dikembangkan sejak tahun 2013 oleh tim peneliti tekMIRA dan hak patennya telah didaftarkan dengan nama Pembakar Siklon Tanpa Perak nomor P00201709143.
“Optimalisasi sumber energi baru terbarukan menjadi prioritas utama bagi kami, Hadirnya teknologi ini menjawab kebijakan sektor ESDM untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak,” terangnya.
Sistem kerja Tusina Baraseger tergolong sederhana. Bahan bakarnya cukup di tuang di hopper (bejana penampungan), kemudian dihembuskan oleh blower ke tungku. Bahan bakarnya juga relatif murah dan mudah lantaran mengombinasikan batubara dan biomassa yang ada di sektar IKM seperti serbuk gergaji, sekam padi, serasah (sampah-sampah organik yang berupa tumpukan dedaunan/ranting kering dan sisa vegetasi lain), dan sebagainya sehingga menurunkan biaya produksi.
“Kita kerjasama dengan 30 IKM sejak 2016, dan IKM tertarik menggunakan teknologi ini,” tuntasnya. (GC)
0 Komentar
Berikan komentar anda