Limbah Radioaktif PLTN Mau Diapakan?

Limbah Radioaktif PLTN Mau Diapakan?
Listrik Indonesia | Pernahkah terpikir bagaimana limbah nuklir dikelola? Di mana limbahnya akan disimpan? Bukankah limbah radioaktif itu berbahaya sehingga sulit ditangani? Dan masih banyak lagi pertanyaan seputar radioaktif akibat pemberitaan yang di-framing bahwa limbah radioaktif dari PLTN begitu berbahaya. Sejujurnya, semua itu disinformasi yang beredar di kalangan masyarakat sejak lama.

Berdasarkan kajian akademik terkait nuklir yang ditulis tahun lalu oleh tim Universitas Sebelas Maret (UNS), dijelaskan bahwa PLTN menghasilkan limbah yang sangat sedikit dibandingkan limbah industri lain. Dalam konteks pembahasan ini, limbah PLTN adalah bahan bakar nuklir bekas yang bersifat radioaktif atau memancarkan radiasi nuklir.

Dibandingkan limbah PLTN, jumlah limbah industri justru dua juta kali lebih banyak. Pasalnya, bahan bakar nuklir itu padat energi. Hanya sedikit bahan bakar yang dibutuhkan. Perbandingannya, bahan bakar nuklir seukuran permen menghasilkan jumlah energi yang sama dengan satu ton batu bara. Sehingga limbah yang dihasilkan juga jauh lebih sedikit. Ditambah, limbah nuklir memiliki waktu paruh yang menyebabkan tingkat radiasinya menurun dari waktu ke waktu, sehingga hampir 99,99% radioaktivitasnya akan hilang dalam 40 tahun. Sedangkan limbah industri B3 akan selalu beracun.

Sukses Selama Puluhan Tahun

Praktik pengelolaan limbah PLTN selama ini telah sukses dilakukan selama puluhan tahun di berbagai negara tanpa menimbulkan masalah. Baik pada manusia maupun lingkungan. Setelah digunakan, bahan bakar nuklir bekas disimpan dalam kolam pendingin selama beberapa tahun hingga panas dan radioaktivitasnya berkurang secara signifikan. Setelah itu bahan bakar nuklir bekas dapat didaur ulang menjadi bahan bakar reaktor baru seperti yang dilakukan di Prancis, atau bisa juga disimpan dalam tong penyimpanan kering yang disebut dry cask di fasilitas penyimpanan sementara seperti yang dilakukan di Amerika Serikat. Dry cask didesain untuk dapat digunakan selama puluhan hingga ratusan tahun.

Limbah PLTN yang disimpan dalam dry cask akan dikontrol dan diawasi secara ketat dan profesional. Tapi jangan bayangkan petugas yang mengawasinya akan berpakaian hazmat anti radiasi dengan atribut lengkap. Tidak. Dry cask dengan lapisan baja dan beton ini membuat limbah PLTN sangat aman dan tidak memberikan paparan radiasi yang tinggi dan berbahaya seperti yang orang-orang katakan. “Kita bahkan bisa berdiri di sampingnya atau menyentuhnya tanpa sarung tangan. Hingga saat ini, tidak ada satu pun kasus pencemaran radiasi akibat kebocoran limbah PLTN,” ujar Agnafan JF, seorang pengamat energi.

Disebut penyimpanan sementara karena ada opsi lain yaitu penyimpanan lestari jangka panjang. Yakni dengan menyimpan limbah PLTN jauh di bawah permukaan tanah yang disebut deep geological storage atau penyimpanan limbah lestari. “Saat ini, hanya Finlandia yang sudah membangun di lokasi yang disebut Onkalo dimana limbah disimpan pada kedalaman 455 meter dalam struktur geologi yang aman, yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2023,” jelasnya. Reaktor alami Oklo di Gabon, katanya, adalah sebuah fenomena reaksi fisi yang terjdi secara alami jutaan tahun yang lalu telah membuktikan bahwa limbah nuklir dari produk fisi tersebut tersimpan dengan aman bahkan tidak bergerak selama ribuan tahun.

Satu-satunya yang Bertanggung Jawab Penuh

Industri nuklir merupakan satu-satunya yang bertanggung jawab penuh terhadap limbahnya. Pengelolaan limbah PLTN menganut konsep ‘cradle-to-grave’ yakni bertanggung jawab mulai dari limbah dihasilkan, dikelola, hingga pembuangan akhir dilakukan. Limbah yang dihasilkan dari PLTN akan dikungkung, dikelola, dan diawasi dengan aturan yang sangat ketat baik secara nasional maupun internasional.

Menurutnya, apapun jenis limbahnya, volume, contained (terkungkung), managed (terkontrol) menjadi tiga kata kunci penting dalam pembahasan masalah limbah. Volume mempengaruhi kemudahan dalam mengelola limbah. “Makin kecil volume limbahnya makin mudah penanganannya dan makin kecil pula dampaknya terhadap lingkungan,” katanya.

Pengungkungan menjadi penting karena dalam realisasinya banyak limbah industri yang dibiarkan mengkontaminasi lingkungan. Manajemen dan kontrol terhadap limbah tentu menjadi penting sebagai bentuk tanggung jawab menjaga lingkungan. Limbah radioaktif justru relatif lebih mudah ditangani ketimbang limbah kimia yang selamanya akan tetap berbahaya/toksik.

“Jelas salah jika mengatakan belum ada solusi untuk pengelolaan limbah radioaktif dari PLTN. Pertanyaan tentang bagaimana mengelola limbah radioaktif telah lama terjawab,” imbuhnya. Dalam penerapannya, menurutnya, hingga kini tidak pernah ada pelepasan radioaktivitas yang mencelakakan atau membahayakan lingkungan. “Dan tidak ada industri pembangkit listrik lain yang menangani limbahnya layaknya industri PLTN mengelola limbah radioaktif,” tutupnya.

 



Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

Berita Lainnya

Index