Renewable Energy ENERGY PRIMER
Trending

Membaca Peluang Bisnis Energi Bersih

Membaca Peluang Bisnis Energi Bersih
PLTS (ilustrasi).

Listrik Indonesia | Investor sangat jeli dalam membaca peluang bisnis ke depan. Tentunya bisnis yang sustainable sehingga tidak tergerus dengan perkembangan zaman.

Di sektor energi pun demikian. Investor mulai melirik portofolio investasi yang lebih green, yaitu ramah lingkungan dan ramah terhadap emisi karbon. Bagaimana menciptakan energi yang lebih bersih, energi yang sutainable, dan energi yang murah tentunya. Bersih, sustainable, murah. Itulah kata kunci bisnis energi ke depan. Kalau hanya bersih, tetapi mahal, tentu tidak akan sustainable, akan ditinggalkan orang.

Para investor melihat bisnis futuristic dan rocket science. Bisnis yang menciptakan laba, berdampak positif bagi sosial dan planet (bumi) serta mampu membuat solusi dan inovasi untuk mengatasi masalah (problem solving).

Di sektor energi misalnya, para vendor teknologi terus berlomba menciptkan teknologi baru yang lebih efisien dan bersih. Pada 5 tahun yang lalu, investasi panel surya (solar PV) masih sangat mahal. Nilai investasi panel surya terus turun selama periode 2010 – 2019. Total cost investasi energi surya pada 2010 masih di kisaran US$4,7 juta per megawatt (MW), serkarang turun ke US$1 juta per MW (data IRENA).

Kemampuan teknologi panel dalam mengonversi panas matahari menjadi energi listrik juga kian meningkat. Capacity factor (CF) surya pada 2010 hanya 14%, kini sudah mencapai lebih dari 18%. Harga listrik dari energi surya pun kian murah dari US$0,38 per kWh pada 2010 menjadi US$0,07 per kWh pada 2019.

Dengan potensi hingga 207,8 gigawatt (GW), energi surya bakal menjadi kue lezat bagi para penyandang dana atau investor. Energi terbarukan lainnya adalah angin, panas bumi (geothermal), air, dan biommasa.

Pembangkit hidro berskala kecil dan besar baik pembangkit listrik tenaga air (PLTA) maupun pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Indonesia masih menjadi yang terbesar dalam jenis pembangkit EBT. Total kapasitas terpasang PLTA & PLTMH per 2020 mencapai 6.678,93 megawatt (MW) atau 58,7% (per Desember 2021) dari total kapasitas pembangkit EBT yang sudah beroperasi sebesar 11.372,33 MW.

Hal ini menunjukkan bahwa pembangkit hidro masih menjadi penopang pembangkit EBT pada saat ini. Salah satu faktor yang membuat kapasitas pembangkit hidro menjadi yang terbesar, karena pembangunan pembangkit yang memanfaatkan air sebagai penggerak turbin ini sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an seperti PLTA Jelok di Kabupaten Semarang yang sudah dibangun pada 1938. Kemudian mulai dibangun PLTA-PLTA berskala besar dengan memanfaatkan waduk/bendungan, seperti PLTA Cirata yang dibangun pada 1983.

 

Kapasitas Pembangkit EBT di Indonesia (MW)

Pembangkit EBT

2015

2016

2017

2018

2019

2020

Hybrid

3,6

3,6

3,6

3,6

3,6

3,6

Bayu

1,5

1,5

1,5

143,5

154,3

154,3

Surya

33,4

43,1

50,9

67,8

136,6

292,3

Bioenergi

1.741,70

1.783,10

1.856,80

1.882,80

1.889,80

1.916,50

Panas Bumi

1.438,30

1.533,30

1.808,30

1.948,30

2.130,70

2.326,70

Air

5.277,50

5.620,90

5.657,90

5.742,10

5.976,00

6.678,93

Total

8.496

8.985,50

9.379

9.788,10

10.291

11.372,33

Ket: *per Desember 2020.

 

Setelah pembangkit hidro, kapasitas pembangkit EBT terbesar kedua dalah geothermal (pembangkit listrik tenaga panas bumi/PLTP). Per 2020, total kapasitas terpasang PLTP mencapai 2.326,70 MW atau 20,5% dari total kapasitas pembangkit EBT yang sudah beroperasi.

Saat ini, pengembangan pembangkit hidro juga masih terus berjalan. Bahkan, pengembangan pembangkit hidro bisa dikatakan cukup agresif dibandingkan dengan jenis pembangkit EBT lainnya. Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini terdapat 159 proyek pembangkit hidro yang sedang berjalan (baik dalam tahap konstruksi, penuntasan pendanaan/financial close, studi kelayakan, dan tahap lainnya). Sampai 2021, ada 69 proyek pembangkit hidro yang dalam tahap konstruksi dengan total kapasitas mencapai 2.883,2 MW yang target operasinya bervariasi hingga 2025.

Sementara itu, kapasitas terpasang pembangkit hidro (PLTA & PLTMH) milik PT PLN (Persero) sampai 2020 mencapai 3.584 MW. PLN menargetkan ada tambahan kapasitas pembangkit hidro sebesar 55 MW pada 2021, yaitu dari proyek PLTA & PLTM milik PLN yang sedang dalam tahap konstruksi. Berdasarkan data PLN, pada 2021 ditargetkan ada penambahan kapasitas pembangkit EBT jenis hidro sebesar 293,9 – 316,3 MW.


Beberapa proyek pembangkit hidro ditargetkan beroperasi pada 2021. Di bawah ini adalah beberapa proyek pembangkit hidro yang ditargetkan beroperasi pada 2020 dan 2021. Beberapa target proyek pembangkit hidro yang seharusnya COD pada 2020 harus mundur ke 2021 karena terkena dampak pandemic Covid-19. Ada sekitar 26 proyek pembangkit hidro dengan total kapasitas 486,85 MW yang dalam persiapan penuntasan pendanaan (financial close/FC). Sementara Itu, beberapa proyek PLTA/PLTMH harus dierminasi (dicabut) oleh PT PLN (Persero), yaitu sebanyak sebanyak 6 pembangkit dengan total kapasitas 14,6 MW karena tidak memenuhi persyaratan, seperti tidak memenuhi tenggat penuntasan pendanaan.


Setiap jenis pembangkit EBT memiliki karakteristik yang berbeda dengan keunggulan dan kekurangan masing-masing. Pembangkit surya dan angin misalnya memiliki sifat intermittency (kurang stabil) karena bergantung pada kekuatan angin dan intensitas cahaya. Demikian juga dengan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) yang sangat bergantung pada feedstock yang kadang harganya naik turun mempengaruhi biaya produksi pembangkitan. Seperti halnya pembangkit hidro yang relative mahal dalam tahap konstruksi, tetapi setelah beroperasi, biaya produksi listriknya lebih rendah dibandingkan pembangkit EBT lainnya sehingga margin yang diperoleh lebih besar.

Pemerintah terus berkomitmen untuk mengembangkan pembangkit EBT. Bahkan, berdasarkan RUPTL, bauran EBT akan terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian ESDM, porsi pembangkit EBT ke depan yang akan agersif adalah jenis surya (PLTS) kemudian geothermal. Hingga 2035, porsi tenaga surya diproyeksikan menjadi yang terbesar menggeser posisi pembangkit hidro. Kemudian disusul pembangkit geothermal. Memang potensi pembangkit EBT terbesar di Indonesia adalah PLTS yang mencapai 207,8 gigawatt (GW), hidro sebesar 75 GW, bayu (angin) sebesar 65 GW, dan panas bumi sebesar 23,9 GW.


Related Articles

0 Komentar

Berikan komentar anda

Back to top button