
Listrik Indonesia | PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) yang fokus dalam pengembangan panas bumi (geothermal).
Pada 12 Juni 2020, Pertamina menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu dari hasil RUPS itu adalah restrukturisasi dengan pembentukan Holding dan 5 subholding.
Subhodling Hulu melalui PT Pertamina Hulu Energi, subholding hilir PT Pertamina Patra Niaga, subholding power and new renewable energy (PNRE) PT Pertamina Power Indonesia, subholding gas kepada PT Perusahaan Gas Negara Tbk., subholding Refinery & Petrochemical Subholding kepada PT Kilang Pertamina Internasional, dan Shipping Company yang operasionalnya diserahkan kepada PT Pertamina International Shipping.
Saat diwawancarai Listrik Indonesia, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan bahwa restrukturisasi adalah bentuk transformasi yang dilakukan Pertamina untuk menyiapkan lini bisnis Pertamina berkembang dan mandiri.
Menurutnya, sebelumnya lingkup bisnis Pertamina sangat luas, dengan tantangan dan kompetisi yang berbeda serta memiliki kekhususan risiko masing-masing. Karenanya, dengan sub-holding ini, setiap bisnis nantinya dapat lebih adaptif dan tangguh menghadapi tantangan, bergerak lebih cepat dan lincah untuk pengembangan kapabilitas kelas dunia dan pertumbuhan skala bisnis yang akan menunjang Pertamina menjadi perusahan global energi terdepan dengan nilai pasar US$100 miliar.
"Pelepasan saham perdana [initial public offering/IPO] hanya salah satu alternatif bagi Pertamina untuk mendapatkan pendanaan dalam pengembangan usaha ke depan," ujar Nikce.
Sejak awal tahun ini, Pertamina telah menyiapkan IPO PT Pertamina International Shipping. Anak usaha Pertamina itu ditargetkan melantai di bursa pada akhir 2021. Namun, belum ada informasi berapa persen saham yang akan dilepas ke publik. Termasuk berapa target dana yang akan diraih Pertamina dalam IPO lini bisnis pengangkutan kapal laut tersebut.
Saya membayangkan, dengan IPO Pertamina International Shipping, Pertamina akan mendapatkan dana segar dalam jumlah besar yang dapat digunakan untuk ekspansi seperti penambahan unit kapal. Dengan wilayah Indonesia yang terdiri atas kepulauan, bisnis pengangkutan minyak dan bahan bakar minyak serta gas bumi masih cukup cerah.
Selain Pertamina International Shipping (PIS), anak usaha lainnya yang akan IPO adalah PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Sebelum dibentuk Holding BUMN Geothermal, Pertamina akan melakukan aksi korporasi terlebih dahulu dengan melakukan IPO PGE. Setelah PGE menjadi perusahaan public atau listed company, selanjutnya dibentuk Holding BUMN Geothermal.
PGE sebagai perusahaan yang sudah Go Public, akan menjadi induk usaha (holding) BUMN Geothermal, yang terdiri atas PT Geo Dipa Energi dan PT PLN Gas&Geothermal atau unit-unit pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) milik PT PLN (Persero) yang sebagian besar dikelola anak usahanya PT Indonesia Power.
The Only One Emiten Geothermal
Berdasarkan sumber Listrik Indonesia yang mengetahui proses aksi korporasi itu, Pertamina menargetkan IPO PT Pertamina International Shipping dan PGE bisa tuntas pada Desember 2021. Dengan begitu, Pertamina akan mendapatkan dana segar sangat besar yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, terutama kapal tanker dan pengembangan panas bumi.
Sinyal tersebut juga disampaikan Plt. Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Silva Halim. Mandiri Sekuritas merupakan perusahaan yang sering menjadi underwriter bagi perusahaan yang akan melantai di bursa. Bisa jadi, Mandiri Sekuritas yang ditunjuk Pertamina untuk menjadi underwrtiter IPO PIS dan PGE.
Silva menjelaskan bahwa pada semester II-2021, pihaknya masih menggenggam beberapa mandat IPO dengan nilai yang cukup besar. Menurutnya, calon emiten itu berasal dari berbagai sektor, seperti barang konsumsi, telekomunikasi, dan energi. “Emiten yang akan IPO itu ada yang berasal dari swasta dan BUMN,” kata Silva.
Silva mengutarakan sinyal BUMN energi yang akan menuntaskan IPO pada akhir tahun ini. Bisa jadi perusahaan itu adalah PIS & PGE. Pasalnya, rumor sampai hari ini, hanya ada 2 anak BUMN itu yang segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hal ini menjadi peluang bagi para investor baik domestic maupun asing. Fakor fundamental ekonomi nasional menjadi pertimbangan para calon investor.
Jika PGE berhasil IPO, maka akan menjadi satu-satunya perusahaan geothermal yang melantai di BEI.
Tujuan IPO
Seperti disampaikan Dirut Pertamina, IPO ini bertujuan untuk menggalang dana besar yang akan digunakan untuk ekspansi Pertamina Group. Selain itu, dengan IPO, perusahaan kian transparan, professional, dan agile (lincah).
Kenapa perusahaan bersedia melepas atau menjual sahamnya ke publik? Tentu untuk mendapatkan dana murah. Coba kalau melalui surat utang atau pinjaman perbankan, harus menanggung bunga yang tidak kecil. IPO juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan mendapatkan dana murah, perusahaan bisa membayar utang dan memperbaiki laporan keuangannya dengan cepat. Dan berbagai tujuan positif lainnya.
Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro menjelaskan, Subholding Pertamina NRE melakukan berbagai persiapan untuk konsolidasi aset PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Selain wacana pembentukan Holding BUMN Geothermal juga muncul wacana rencana pelepasan saham ke publik PGE.
“PGE yang 100% sahamnya dimiliki Pertamina merupakan bisnis inti Pertamina NRE saat ini. Geothermal memang akan melakukan aksi korporasi. Dari shareholder juga menginformasikan akan adanya konsolidasi asset. Pada intinya masih dilakukan beberapa kajian untuk melihat potensi-potensi yang terbaik untuk perusahaan, seperti salah satunya potensi dilakukannya IPO,” kata pria yang menyelesaikan S2 di AS dan pernah bekerja di perusahaan finansial di AS selama 10 tahun ini kepada Listrik Indonesia.
Setelah bekerja di perusahaan finansial AS, Dannif pindah ke Singapura selama 2007 – 2018. Selanjutnya bergabung dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada 2015 dan akhirnya dipercaya menjadi Dirut PT Mandiri Sekuritas sebelum dipercaya menjadi CEO Pertamina NRE.
Dannif menjelaskan, Sub-holding PNRE tidak sekadar sebagai pengembang listrik (IPP), tetapi beyond IPP karena memiliki portofolio energi bersih secara luas termasuk pengembangan industri baterai dan teknologi hidrogen.
Sebelum dipercaya menakhodai Pertamina NRE, Dannif merupakan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas. Keahliannya di sektor finansial menjadi pertimbangan Direksi dan Komisaris Pertamina mengangkatnya pada 15 Februari 2021 untuk membuat terobosan-terobosan dalam pengembangan portofolio energi bersih Pertamina Group.
Dannif yang memiliki keahlian finansial dan sebagai orang baru di Pertamina diharapkan dapat memberikan perspektif baru untuk mencari terobosan, terutama dalam eksekusi proyek energi bersih melalui pembiayaan dan mencari pasar yang kompetitif. (Bersambung ke Bagian III)
0 Komentar
Berikan komentar anda