Listrik Indonesia | Hasil komitmen dalam Conference of the Parties atau COP 26 yang dielenggarakan di Glasgow, Skotlandia tahun 2021 yakni mengurangi emisi karbon secara signifikan pada 2030 dan mencapai net zero emission pada 2050 dan menjaga peningkatan suhu pada level 1,5 derajat Celsius membuat perubahan peta persaingan di sektor ketenagalistrikan.
Dewan Pembina Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Riki F Ibrahim dengan meratifikasi pengurangan emisi karbon mengubah peta persaingan bisnis ketenagalistrikan ke arah yang lebih ramah lingkungan. Kata dia, dan ini menjadi standar baru bagi setiap perusahaan khususnya para pengembang pembangkit listrik.
“Pengurangan emisi karbon ini menjadi standar baru di sektor ketenagalistrikan. Sehingga, persaingan bisnis di sektor ini kian ketat dan menarik,”ujar Riki disela-sela rapat dewan juri Indonesia Best Electricity Award (IBEA) 2023. Di Hotel Century, Jakarta, Selasa lalu.
Riki pun menguraikan peta persaingan sektor energi dan ketenagalistrikan saat ini. Pertama, pembiayaan untuk pembangunan pembangkit listrik fosil semakin sulit didapat. Bahkan, Bank-Bank besar dunia sudah menutup skema pembiayaan untuk sektor tersebut. Alhasil, para pengembang mulai berekspansi ke bisnis energi yang lebih ramah lingkungan atau minimal menggunakan teknologi yang lebih efisien.
Kedua, penggunaan teknologi dimana produsen-produsen teknologi akan menciptakan teknologi yang efisien dan bisa mengoptimalisasi energi. Ketiga, pengelolaan lingkungan. Sekarang ini, kata Riki, sampah lingkungan sudah bisa diubah menjadi energi biomassa.
“Industri pengelolaan lingkungan juga semakin menarik. Apalagi biomassa sudah dijadikan subtitusi batu bara untuk PLTU,”ungkapnya.
Kendati demikian, di Indonesia dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022 Tentang Percepatan Pengembangan energi terbarukan dinilai masih kurang menarik minat investor. Menurutnya, adanya peraturan tersebut dan RUPTL 2021-2030 PLN yang mendorong penggunaan energi terbarukan masih belum membuka peluang yang sebesar-besarnya.
“Saya berharap beragam sumber energi terbarukan yang kita miliki tergarap secara optimal dengan adanya tender-tender baru,”ucapnya.
IBEA Pendorong Industri Ketenagalistrikan
Riki yang juga pernah merasakan persaingan di IBEA dan sekarang menjadi dewan juri. Ia menilai ajang ini sebagai pendorong majunya industri energi dan ketenagalistrikan. Hal ini karena adanya standardisasi melalui penilaian dari dewan juri yang expert di bidang energi dan ketenagalistrikan. Sehingga menciptakan persaingan antar setiap perusahaan.
“Soal Environmental, social, and corporate governance yang juga harus digaungkan oleh IBEA. Apalagi harus mendorong perusahaan untuk menerapkan transisi energi. Satu lagi yang penting untuk mendongkrak ekonomi nasional yaitu perusahaan harus patuh membayar pajak,”pungkasnya.
0 Komentar
Berikan komentar anda