
Sebagai perusahaan energi sudah lama menjadi tulang punggung kebutuhan energi untuk transportasi. Di sisi lain, melihat kebutuhan energi ini akan bergeser dari migas ke listrik, tentu untuk menjaga pendapatan perusahaan, aksi korporasi yang dilakukan Pertamina akan berekspansi ke sektor energi baterai untuk kendaraan listrik.
Jika terlambat untuk ikut melangkah, Pertamina bisa terkena dampak negatif perkembangan kendaraan listrik karena akan memengaruhi penjualan minyaknya sebagai bahan bakar kendaraan.
Vice President Planning and Commercial RTC (Research and Technology Center) Pertamina, Andianto Hidayat mengatakan, bahwa saat ini baterai untuk kendaraan listrik belum masuk ke industri otomotif nasional. Karena itu, Pertamina berniat untuk menjadi pemain cell battery di Indonesia.
“Nantinya, pabrik baterai Pertamina yang rencananya akan dibangun di pulau Jawa ini akan memproduksi cell, pack, dan BMS (Battery Management System),” ungkap Adian di Jakarta. Kamis, (16/1).
Terkait sistem bisnis baterai kendaraan listrik seperti apa yang akan dilakukan oleh Pertamina. Andianto menjawab, sejauh ini rencanannya baru sebagai penyuplai baterai ke produsen otomotif. Sementara untuk sistem swap baterai masih melakukan kajian bisnis dan standardisasi baterainya. Pihaknya juga sedang menunggu kesiapan industri otomotif, dan koordinasi dengan kementerian agar bisa menstandardisasi baterai.
“Baterai setiap jenis kendaraan listrik kan spesifikasi baterainya berbeda-beda. Karena itu, kita mendorong pemerintah agar bisa membuat standardisasinya agar seragam, dengan begitu kita bisa menggunakan sistem swap ini,” ucapnya.
Selain produksi baterai, Pertamina juga akan ke bisnis sistem pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Menurutnya, ini juga penting karena untuk memenuhi kebutuhan pengguna kendaraan listrik yang ingin mengisi daya kendaraannya.
“Mungkin penempatan SPKLU bisa kita gunakan fasilitas yang dimiliki pertamina seperti di SPBU,” katanya.
Menggarap bisnis pabrik baterai di Indonesia, kemungkinan realisasinya dikatakan pada 2021 sembari menunggu model bisnis yang tepat dan standardisasinya. Untuk bisnis baterai dan SPKLU menggunakan investasi sendiri dan berkolaborasi dengan licensing teknologinya.
Bagi Adian tantangan di era kendaraan listrik ini ialah memproduksi baterai yang ringan, memiliki daya yang besar, dan menciptakan harga yang murah. Dengan begitu, masyarakat tertarik untuk membeli kendaraan listrik.
“Menurut saya mewujudkan kendaraan listrik perlu insentif dari pemerintah karena diseluruh dunia melakukan hal itu. Tujuannya, biar menarik investasi kendaraan listrik,” pungkasnya. (CR)
0 Komentar
Berikan komentar anda