Menurut Agus Puji, pemerintah memang sudah seharusnya mengganti Pembangkit lama yang sudah tidak layak dan menggantinya dengan pembangkit EBT. Namun, jika pemerintah akan sangat sulit jika mengandalkan dari PLTS, mikrohidro, ataupun PLTB (Biomassa) dan pembangkit skala kecil lainnya. Hal tersebut karena skala keekonomiannya dinilai tidak memadai.
“Untuk membangkitkan industri hulu, seperti industri baja, aluminium, semen, pupuk dan tekstil maka diperlukan energi listrik yang kuat, stabil, andal, dan murah. Saya kira di Indonesia EBT yang bisa memenuhi kriteria energi yang diperlukan oleh industri hulu tersebuta hanyalah PLTA, Geothermal, dan PLTN,” tandas Agus.
Di antara PLTA, Geothermal, dan PLTN, dia menilai PLTN adalah yang paling tepat. Dia menjamin, kalau PLTN bisa dimasukan, maka pertumbuhan ekonomi 7% itu bisa digalang, dan sangat bisa dicapai.
“Jadi saya setuju sekali, bauran energi 23% pada 2025 itu harus kita mantapkan sehingga energi yang handal itu bisa mendukung pertumbuhan ekonomi 7%. Jadi yang luwes dan bisa dibangun di mana saja itu saya kira PLTN. Saya kira kalau tidak ada PLTN kita susah sekali akan maju. Kita hanya bermain di gas, gas itu mahal dan susah untuk industri hulu. Industri strategis itu bisa dibangkitkan apabila kita memiliki listrik yang murah,” pungkas Agus Puji. (AB)
0 Komentar
Berikan komentar anda