
Listrik Indonesia | Bukan perkara mudah mengejar bauran energi nasional yang berasal dari Energi Baru Terbarukan. Banyak yang pesimistis target tersebut tercapai. Namun kini, dengan rencana pengembangan PTN di Indonesia, hal tersebut optimistis bisa dicapai. Jika berjalan sesuai rencana, PLTN diproyeksikan ,bisa menyumbang 10GW secara Nasional.
Agus Puji Prasetyo, Ketua Tim Kerja Penyiapan Pembangunan Prototipe PLTN dan Komsialisasinya mengatakan, masuknya PLTN untuk mendukung ketahanan energi nasional, sekaligus mendukung target pemerintah dalam mencapai bauran energi dari EBT sebesar 23% pada 2025 sangat memungkinkan. Alasannya, PLTN merupakan energi yang paling stabil. Selama 24 jam stabil dan selama sekian puluh tahun mampu terus dipertahankan. Pengelolaan dan pemeliharaannya juga jauh lebih murah dibandingkan jenis energi lainnya.
Belum lagi dari sisi harga jual yang lebih murah dibandingkan energi lainnya. Ditambah lagi, adanya peluang dalam Rancangan Umum Energi Nasional yang menyebutkan soal jenis EBT lain yang besarnya 10 gigawatt (GW), sehingga membuka potensi pengembangan PLTN. Dengan demikian, untuk mendukung target capaian EBT dalam bauran energi nasional, PLTN sangat dibutuhkan.
“Jadi patut dicoba, kebetulan saya juga ikut merancang RUEN. Yang namanya EBT masih ada satu baris, itu energi surya, gelombang laut, mikro hidro dan lainnya. Lalu, di bawah itu tertulis EBT lainnya 10 GW. Saya melihat ini seharusnya ditulis dengan PLTN. Tapi ditulis dengan EBT lainnya. Potensi 10 GW itu bisa digalang di antaranya dengan geothermal. Tapi saya lihat geothermal juga masih kecil. Lalu PLTA juga mengalami kendala. Jadi yang luwes dan bisa dibangun di mana saja itu saya kira PLTN. Saya kira kalau tidak ada PLTN kita susah sekali akan maju. Kita hanya bermain di gas, gas itu mahal dan susah untuk industri hulu,” ucap Agus beberapa waktu lalu, saat diwawancarai Listrik Indonesia.
Target PLTN yang dapat dibangun diIndonesia jika diterjemahkan dari RUEN. Lanjutnya, kapasitas mencapai 10 GW, meskipun dari sisi investasi awal sedikit lebih mahal dari batu bara. Tetapi dari sisi harga jual lebih murah dari batu bara dan juga dari jenis EBT lain.
Belum lagi dari sisi umur PLTN yang jauh lebih panjang dari batubara, dan pemeliharaannya yang sangat mudah. Jadi kalau dibandingkan dengan energi lain, masih untung kalau kita pakai PLTN. Memang ongkos pembangunannya sedikt lebih mahal, tetapi keuntungan lifetime. Maka, itu bisa menjadi pertimbangan penting atau tidaknya PLTN dibangun di indonesia,” tutup Agus.(CR)
0 Komentar
Berikan komentar anda