Prof Tumiran: Industri Kelistrikan Nasional Jangan Menjadi Offtaker Pasar Asing

Prof Tumiran: Industri Kelistrikan Nasional Jangan Menjadi Offtaker Pasar Asing
Listrik Indonesia | Indonesia dengan jumlah penduduk hampir 275 juta jiwa, namun konsumsi listrik per kapita masih rendah dibanding Vietnam. Di sisi lain, Indonesia menjadi pasar menarik untuk pengembangan sektor kelistrikan.

Pakar Energi UGM, Prof Tumiran, M.Eng., Ph.D dalam sambutannya di Seminar Transisi Energi dan Penyampaiaan Pokok-pokok Pikiran Akademik yang digelar UGM. Ia menerangkan kondisi sektor kelistrikan nasional. Populasi penduduk Indonesia sebesar 275 juta jiwa dengan konsumsi listrik per kapita 1025 kWh atau terbesar ke 6 di ASEAN setelah Vietnam.

“Artinya konsumsi listrik kita (Indonesia) masih rendah. Kalau indikatornya dari sektor industri bisa dikatakan produktifitas kita masih rendah,”ujarnya. Selasa, (16/5/2023).

Sementara Indonesia, lanjut Prof Tumiran mengatakan, mempunyai potensi energi primer yang besar. Jika Indonesia ingin menjadi Negara maju setara China yang konsumsi listriknya hampir mencapai 5.000 kWh per kapita. Jika inging mencapai angka yang sama pada 2050, paling tidak kelistrikan dalam negeri membutuhkan daya 350 GW.

Menurutnya, untuk membangun 350 GW, maka harus ada pembangunan ekosistem kelistrikan yang sehat mulai dari hulu seperti tata kelola tarif dan percepatan energi baru terbarukan (EBT) hingga hilirnya. Maka Akademisi dengan merangkul Asosiasi berpikir untuk mewujudkan kelistrikan yang sehat.

“Kemudian dari situ yang kita kembangkan supaya mucul tidak ada dikotomi energi, maka harus ada kesepakan yang menjadi indikator di sektor listrik yaitu soal reliability, securityy, continuity dan keekonomian,”terangnya.

Tumiran mengaskan, dalam transisi energi Negara ini tidak  boleh menjadi offtaker pasar international. Dari sektor pendidikan bersikap bagaimana sektor kelistrikan bisa menyerap Sumber Daya Manusia lokal yang didik dari Kampus. Tentu ini perlu dukungan kebijakan regulasi, teknologi dan politik.

“Dukungan internasional tak mungkin gratis, pasti akan ada dampak bagi bangsa. Maka perlu kita pikirkan sejak dini,”tegasnya.
Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

Berita Lainnya

Index