Fossil Fuel ENERGY PRIMER NEWS
Trending

Rektor Unair Ingatkan Dampak Penurunan Harga Gas Industri

Rektor Unair Ingatkan Dampak Penurunan Harga Gas Industri
Instalasi pipa gas PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. [Foto: zonapasar.com - LISTRIK INDONESIA]

Listrik Indonesia - SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) menancapkan tonggak transformasi industri hulu migas di tengah semakin redupnya sumber bahan bakar fosil.

Bahan bakar mineral yang mengandung hidrokarbon itu tak lagi menjadi prioritas dalam upaya penyediaan sumber energi karena volumenya disebutkan semakin menipis dan merusak lingkungan.

Namun, SKK Migas berkeyakinan potensi minyak dan gas bumi Indonesia masih menjanjikan dan dapat dimanfaatkan guna menopang perekonomian nasional beberapa dekade ke depan. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan pihaknya mencanangkan Rencana Strategis (Renstra) Indonesia Oil & Gas (IOG) 4.0 untuk memacu industri hulu migas hingga 2030.

Terdapat tiga target utama yang ditetapkan. Pertama, mencapai produksi minyak 1 juta BOPD dan gas 12 BSCFD pada 2030. Jika dapat direalisasikan maka total produksi migas pada tahun itu setara dengan 3,2 juta barrel equivalen. Target ini menjadi produksi tertinggi migas di tanah air.

BACA JUGA: Pemerintah Optimis Penurunan Harga Gas Industri Tingkatkan Pertumbuhan Industri

"Kedua, mengoptimalkan peningkatan nilai tambah kegiatan hulu migas. Ketiga, memastikan keberlanjutan lingkungan," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam sambutan di acara penandatanganan memorandum of understanding (MoU) dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin (5/4/2021).

Penandatangan nota MoU di Kampus Unair di Mulyorejo, Surabaya, dilakukan bersama Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., MT., Ak.

Lebih lanjut, Kepala SKK Migas menyampaikan saat ini SKK Migas mengemban tugas berat karena sejak 2002 secara umum produksi migas terus menurun. Sementara kebutuhan migas justru meningkat. 

Dwi menambahkan potensi migas di Indonesia pada dasarnya masih cukup menjanjikan karena dari 128 cekungan yang ada, baru 20 di antaranya yang berproduksi.

Tantangan pengelolaan hulu migas semakin tinggi karena potensi cadangan bergeser ke wilayah timur yang masih minim infrastruktur. Tantangan lainnya karena sumber daya alam ini berada di laut, yang membutuhkan teknologi tinggi dan investasi besar, serta risiko yang tinggi. 

"Beberapa blok migas yang memiliki cadangan besar, seperti Natuna, memiliki kandungan CO2 yang tinggi. Hal ini menjadi tantangan yang harus dipecahkan bersama untuk diproduksi dan dimonetisasi," tutur Dwi.

Migas tidak lagi hanya memerankan fungsi sebagai sumber penerimaan negara, lanjut Dwi, tetapi berperan lebih besar lagi, yaitu menjadi modal pembangunan. 


Penurunan Harga Gas Industri

Dijelaskan pula, pemeritah menurunkan harga gas untuk menggerakan industri nasional. Harga gas industri setinggi-tingginya US$ 6 miliar. Langkah ini sebagai upaya menggerakan industri hilir dan menumbuhkan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian. sertam penyerapan tenaga kerja yang lebih besar. 

BACA JUGA: Ketetapan Harga Gas Bumi USD6/MMBTU Tekan Anggaran Subsidi Listrik

Pengorbanan hulu migas ini, menurut Dwi, perlu dikawal baik agar nilai tambah di ektor hilir dapat tercipta sehingga penurunan penerimaan di sektor hulu dapat dikompensasi dengan peningkatan negara di sektor hilir. Juga menciptakan lapangan kerja yang lebih besar. 

Menanggapi penyampaian Kepala SKK Migas tersebut, Rektor Unair Prof. Nasih mengatakan perihal kebijakan negara menurunkan harga gas untuk industri perlu dikaji mendalam. Harus didalami kemungkinan dampaknya terhadap penerimaan negara, pembentukan PDRB di daerah penghasil migas, serta ekses lainnya. 

"Sehingga keseluruhan dampak kebijakan penurunan gas industri akan diketahui untuk menjadi referensi bagi kebijakan migas di masa yang akan datang," Prof. Nasih mengingatkan. (RE)


 

Related Articles

0 Komentar

Berikan komentar anda

Back to top button