Activity CORPORATION NEWS
Trending

Sejarah PLN Batam: Dari Pulau Kecil Untuk Nusantara

Sejarah PLN Batam: Dari Pulau Kecil Untuk Nusantara
Keindahan Jembatan Balerang dengan penerangan listriknya [Foto: wikipedia.org - LISTRIK INDONESIA]

Listrik Indonesia - Pulau Batam secara geografis berada di titik sangat strategis. Berada di jalur lalulintas perdagangan internasional Selat Malaka, tersibuk kedua setelah Selat Dover di Inggris.

Batam salah satu pulau terbesar dari rangkaian 329 rangkaian pulau di sekitarnya Kepulauan Riau. Luasnya 415 km2 atau 67 persen luas Singapura. 

Cita-cita menyulap Batam menjadi lokomotif pembangunan nasional dan pusat pembangunan kawasan industri yang berteknologi, Presiden Republik Indonesia (RI) ke-3 membuat konsep Barelang (Batam-Rempang-Galang) yang dihubungkan dengan enam  jembatan Barelang agar luasnya menjadi 715 km2 atau 13 persen lebih besar dari Singapura. 

Pada 1960, ibu kota Provinsi Riau dipindahkan ke Pekanbaru yang sebelumnya Tanjung Pinang. Sejak itu pula, Tanjung Pinang resmi menjadi ibukota Kabupaten Kepulauan Riau, yang meliputi 17 kecamatan --termasuk di antaranya Pulau Batam yang berada di lingkup Kecamatan Pulau Buluh.

Suplai listrik untuk masyarakat Batam awalnya oleh Pertamina pada 1971. Bermodalkan PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang hanya berkapasitas daya 2 x 188 KvA, sehingga hanya dinikmati oleh Pertamina dan perumahan karyawannya.

BACA JUGA: Kesebelasan Anak Usaha untuk PLN Lebih Baik 

Situs web Plnbatam memaparkan seiring perkembangan Batam, pemerintah membentuk Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB) pada 1976. Otorita inilah yang mengelola kota yang berbentuk Kalajengking ini.

Sejak itu, semua proyek yang dikelola Pertamina diambil alih OPDIPB, termasuk pengelolaan ketenagalistrikan. Bisnis ketenagalistrikan saat itu dikelola Unit Pelaksana Teknis Otorita Batam (UPT OB). Kapasitas pembangkit masih rendah, hanya sebesar 17,5 MW.

Setelah tugas J.B. Sumarlin usai, Ketua Otorita Batam dijabat B.J Habibie pada 1978 . Batam mulai diarahkan menjadi kota industri. 

Listrik sebagai nadi industri dan kalangan usaha, PLTD dibangun di Sekupang dan Batuampar. Total daya terpasang pada periode 1976-1992 sebesar 45,5 MW dan disalurkan ke daerah Sekupang dan Batuampar.

Batam sebagai sentra industri semakin bergaung. Investor asing semakin ramai masuk ke Batam. Tak pelak Otorita Batam benar-benar sibuk mengawal perkembangan yang terjadi. Beberapa sektor yang ditangani sendiri dilepas, termasuk bisnis ketenagalistrikan. 

Pada 1 Januari 1993, berdasarkan kesepakatan pemerintah dan Otorita Batam, pengelolaan ketenagalistrikan diserahkan ke PT PLN (Persero) Wilayah Khusus Batam.

Lalu Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN, selaku Pemegang saham PT PLN (Persero), pada 3 Oktober 2000 memutuskan status PT PLN (Persero) Wilayah Khusus Batam menjadi PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam). 

Berstatus sebagai anak usaha PT PLN (Persero), unit mandiri tersebut mengelola kelistrikan dari hulu sampai hilir.
 
Seiring perkembangan, PT PLN Batam melakukan rebranding menjadi "b’right PLN Batam" pada Juni 2008 .

Tahun 2015 bright PLN Batam membantu PT PLN (Persero) Wilayah Riau & Kepualuan Riau dalam interkoneksi Batam-Bintan. 

Interkoneksi kelistrikan bagian program merangkai pulau.Tahap awal daya listrik dialirkan sebesar 20 MW dari Batam ke Bintan melalui gardu induk Tanjung Uban sebagai titik terima energi dari saluran kelistrikan Batam. 

Proyek interkoneksi jaringan 150 KV berjarak kurang-lebih 17,9 km dari Batam ke Bintan ini digagas untuk menjawab keraguan investor asing yang berencana masuk. Interkoneksi juga bagian upaya menopang pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau menuju double digit

Tahap berikutnya, evakuasi daya ditargetkan sampai 75 MW mengalir ke Pulau Bintan.

Hingga penghujung 2017, b’right PLN Batam memiliki kapasitas terpasang kurang-lebih 623,286 MW dan daya mampu sekitar 547,490 MW dengan beban puncak  Batam-Bintan 415 MW. 

BACA JUGA: Perkuat Pasokan Listrik Batam-Bintan Bright PLN Batam dan Maxpower Indonesia Bangun PLTMG

Di sisi produksi, sejak 2004 b’right PLN Batam menerapkan fuel mix strategy. Pada 2011, komposisi pemakaian energi primer tercatat sebesar 59.92 persen menggunakan bahan bakar gas, 34.82 menggunakan bahan bakar batu bara, dan 5.26% berbahan bakar minyak.

Di usia ke-17, bright PLN Batam telah menjadi perusahaan yang berkembang tidak hanya menyalurkan energi untuk Batam, namun hingga ke beberapa daerah di Indonesia. 

bright PLN Batam diberi penugasan oleh PT PLN (Persero) selaku holding untuk membantu program 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah demi menuntaskan masalah kelistrikan dan menaikkan rasio elektrifikasi se-nusantara. 

Bentuk partisipasi bright PLN Batam adalah menyediakan pembangkit listrik di beberapa daerah di wilayah usaha PT PLN (Persero) menggunakan Mobile Power Plant (MPP) berbahan bakar gas dengan total kapasitas 500 MW. 

Untuk proyek MPP 500 MW bright PLN Batam membentuk unit bisnis agar fokus terhadap proyek tersebut yaitu bright Energy Services (bES). (RE)


 

Related Articles

1 Komentar

Berikan komentar anda

Back to top button