NEWS
Trending

Sosialisasi Kompor Induksi Perlu Lebih Konsisten dan Berkala

Sosialisasi Kompor Induksi Perlu Lebih Konsisten dan Berkala
Listrik Indonesia | Sosialisasi penggunaan kompor induksi (kompor listrik), perlu terus dilakukan secara berkala dan konsisten. Diharapkan, secara perlahan masyarakat mengetahui kelebihannya, sehingga dapat beralih atau memilih kompor induksi dibanding penggunaan kompor gas.

Hal tersebut mengemuka dalam dua even terpisah, Embassy Cooking Competition in Indonesia Cuisine di ICE – BSD, Tangerang Selatan, dan pada Friday Innovation Night (FIN) yang diselenggarakan di Yogyakarta, Jawa Tengah.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 di ICE – BSD, khususnya pada penyelenggaraan kegiatan Pangan Nusantara (Pangan Nusa) 2019, Perkumpulan Penyelenggara  Jasaboga Indonesia (PPJI)  menyelenggarakan Electric PPJI Food Festival. 

Salah satu kegiatannya adalah Embassy Cooking Competition  Indonesian Cuisine, yakni selama 60 menit memasak “Nasi Goreng Indonesia,” yang diikuti oleh tiga peserta perwakilan dari Kedubes Malaysia, Kedubes Rusia, dan Kedubes Inggris yang ada di Jakarta. 

Menurut Komisioner (Konselor) Dagang Malaysia External Trade Development Corporation (Matrade) – Kantor Dagang Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia – Har Man Ahmad, dirinya mendukung penggunaan kompor listrik (induksi). Apalagi, ia juga menggunakan kompor listrik sebagai cadangan kompor gas di rumah. 

“Jadi jika kehabisan gas, masih bisa menggunakan kompor  listrik untuk memasak," jelasnya Har Man Ahmad. Begitu juga di Malaysia, lebih banyak yang menggunakan kompor listrik dibanding kompor gas. 

Peserta kompetisi lain adalah Sekretaris Kedua dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Nikita Ivanov. Ia menyatakan juga mendukung penggunaan kompor listrik-induksi. 

“Apalagi saat ini sebagian besar penduduk di Rusia juga sudah banyak yang menggunakan kompor listrik. Namun demikian masih banyak juga yang menggunakan kompor gas," kata Nikita yang orang tuanya masih kerap datang ke Indonesia, serta secara khusus menonton Festival Indonesia di Rusia. 

Penyuka masakan nasi goreng dan gado-gado yang sudah 11 tahun tinggal di Indonesia ini juga  mengatakan, dirinya secara khusus membawa bumbu khusus dari Rusia. 

"Senang sekali mengikuti kompetisi memasak nasi goreng, mengingat saya juga kerap memasak untuk keluarga di rumah,” tutur Nikita yang akhirnya menjuarai kompetisi memasak ini. 

Pemenang kompetisi lainnya, Christopher Agass selaku tim ekonomi kantor Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, mengemukakan penggunaan kompor induksi lebih ramah lingkungan.

Criss yang baru 4 bulan berada di Indonesia, menganggap kompetisi memasak ini adalah ide yang bagus, karena melibatkan negara-negara yang berbeda. Dampaknya dirasakan cukup positif dalam rangka mendukung kerjasama perdagangan internasional. 

“Saya suka memasak jika ada waktu luang. Kendati baru pertama kali memasak nasi goreng, tetapi bagi saya, memasak untuk menghilangkan stress,” jelasnya usai menerima penghargaan.

Ketua Umum APJI Irwan Iden Gobel dalam kesempatan tersebut mengatakan, diselenggarakannya Embassy Cooking Competition Indonesian Cuisine ini, bertujuan membangun persahabatan di antara Indonesia dan sejumlah negara lainnya dalam ranah kuliner. 

“Dengan komposisi penilaian 20% untuk penyajian makanan; penilaian rasa makanan 50%; serta kreativitas dan variasi (hiasan) pada makanan 30%, akhirnya dewan juri Chef Ari Galih dan Chef Sabir dari PPJI memutuskan tiga peserta ini memenangkan kompetisi memasak nasi goreng,” jelas Irwan Iden.

Sosialisasi di Yogyakarta
Secara terpisah Eric Rossi Pryo Nugroho selaku Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan PLN Yogyakarta, usai penyelenggaraan Friday Innovation Night, mengemukakan, kesempatan tersebut digunakan oleh pihak PLN untuk mengenalkan tema besar electrical lifestyle yakni eco living – eco lifestyle – dan eco moving

“Sebagai bagian dari electrical lifestyle, kami memperkenalkan penggunaan kompor induksi kepada masyarakat, (listrik) ini bebas polusi, menggunakan nyala api menjadi lebih aman, juga praktis, dan tinggal colok tanpa menggunakan tungku secara khusus, bahkan tidak menggunakan tabung gas," papar Eric.

Eric menyatakan, sosialisasi penggunaan kompor induksi kelihatannya lebih mudah dilaksanakan di Yogyakarta. Beberapa restoran dan juga hotel di sana sudah banyak yang menggunakan kompor induksi – listrik.

Penggunaan kompor induksi di Yogjakarta juga dimulai pada lounge di bandara, dan restauran di mal-mal, terutama karena mengutamakan kepraktisan, juga lebih elegan dan lebih aman, karena terhindar dari bahaya kebakaran. (AM)

 

Related Articles

0 Komentar

Berikan komentar anda

Back to top button