
Menurut, Direktur Bisnis Regional Papua-Maluku PLN, Haryanto WS, dana Rp 2,5 triliun tersebut terdiri dari Rp 1,7 triliun untuk Program Papua Terang dan Rp 800 miliar untuk Program Maluku Terang. Dana tersebut berasal dari Anggara Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. “Anggaran itu bakal digunakan untuk membangun jaringan, perluasan grid serta membangun pembangkit listrik berskala kecil. Program ini difokuskan untuk daerah-daerah perbatasan dan belum memiliki aliran listrik,” katanya di Jayapura, Papua, Jumat (16/12).
“PLN bakal mendistribusikan listrik ke 14 Kabupaten, 300 Distrik, dan 2.500 desa, pada program Papua Terang. Sedangkan untuk Maluku Terang, listrik akan disalurkan ke pulau-pulau terluar,” ungkapnya.
Ia mengaku, program Papua Terang lebih sulit dilakukan ketimbang Maluku Terang. Hal ini karena kondisi geografis Papua harus melewati pegunungan yang hanya dapat dilalui menggunakan pesawat terbang. Sedangkan, kondisi geografis di Maluku berupa pulau-pulau, yang masih mudah dijangkau.
“Di sana (Maluku) lebih baik kondisinya karena masih mudah ditempuh dari laut. Diharapkan lebih cepat mencapai 97% karena lebih mudah dijangkau dan investasi enggak terlalu besar,” paparnya.
Senada dengan Haryanto WS, General Manager PLN Papua dan Papua Barat, Yohannes Sukrislismono mengungkapkan, kendala pembangunan Papua Terang berada di kondisi geografis dan juga masalah pembebasan lahan. Oleh karena itu, pemerintah daerah juga memiliki peran penting.
“Selain itu, akses komunikasi, karena listrik kan sudah pakai pulsa prabayar, untuk membeli pulsa token ini nanti jadi permasalahan sendiri. Itu yang kami beberapa waktu lalu bersinergi dengan pemda, karena kami yakin yang melistriki Pemda ini akan sukses bukan semata-mata karena PLN sendiri, jadi pemda kami ajak,” tandasnya. (RG)
0 Komentar
Berikan komentar anda