Renewable Energy ENERGY PRIMER NEWS
Trending

Uji Coba Co-Firing 10% BBN Toss Sukses di PLTU Ropa, Flores


Listrik Indonesia | PT PLN (Persero) UPK Flores berhasil melakukan uji coba co-firing 10% Batu Bara Nabati (BBN) yang diproduksi dengan metoda Tempat Olahan Sampah di Sumbernya (TOSS) dengan Batu Bara. Uji coba yang pertama dilakukan di Indonesia tersebut melibatkan pihak PLN UPK Flores, PLN UIW NTT, PT PJB, PT PJBS, PLN Puslitbang, PLN Pusenlis dan startup company comestoarra.com yang mengembangkan metoda TOSS dan fokus pada pelatihan dan pemberdayaan masyarakat untuk pengolahan sampah menjadi bahan baku energi. Program co-firing ini juga merupakan perwujudan dari transformasi PLN di bidang energi bersih. Bahan baku dari BBN adalah sampah biomassa yang terdiri dari ranting pohon, daun, sekam padi, rumput, dan limbah kayu legal (legal wood), dimana diproses menggunakan metoda peuyeumisasi (biodrying) untuk selanjutnya diproses peletisasi. Uji co-firing di PLTU Ropa, Flores merupakan rangkaian uji coba yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) dan anak perusahaannya dalam merealisasikan amanat peraturan direksi PT PLN (Persero) Nomor 001.P/DIR/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap Berbahan Bakar Batu Bara dengan Bahan Bakar Biomassa serta target 100 persen rasio elektrifikasi serta capaian target 23 persen Energi Baru Terbarukan pada 2025 yang dicanangkan oleh kementerian ESDM.

Tahapan dimulai dari perencanaan, evaluasi dan assesment kesiapan PLTU Ropa, serta penyediaan pelet sampah biomassa sebanyak 20 ton yang disupply dari TOSS Jepara, TOSS Batalyon Armed 7, Bekasi, TOSS Gerakan Ciliwung Bersih Jakarta, dan juga TOSS Desa Sampalan, Klungkung, Bali. Langkah selanjutnya adalah pembagian tim dan infrastruktur pendukung hingga akhirnya melakukan pengujian pada tanggal 14 - 15 September 2020. Menurut CEO startup company comestoarra.com yang dipercaya oleh PT PLN (Persero) untuk berkolaborasi melakukan uji co-firing, Arief Noerhidayat, penggunaan BBN ini adalah yang pertama di Indonesia karena seluruh materialnya disesuaikan dan diuji sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh PT PLN (Persero). “Kami pastikan bahwa seluruh materialnya adalah sampah biomassa.” Arief menambahkan bahwa BBN yang diproduksi selanjutnya dibawa ke PLTU Ropa, Flores dengan menggunakan truk kosong yang telah mengantarkan komoditi ke lokasi di Jakarta, Bekasi, Jepara, dan Bali ke Pelabuhan tanjung perak di surabaya sehingga secara tidak langsung memberdayakan para pengemudi truk dan menambah pemasukan. Selanjutnya Kami bekerjasama dengan startup company logistic untuk mengantarkan ke PLTU Ropa. “Kami mencoba melakukan kolaborasi dengan banyak pihak dan mencoba menghitung seluruh biaya sambil melakukan simulasi. Dapat kami simpulkan bahwa proses penyediaan dan transportasi pelet sangat terjangkau. Bayangkan saja bila penyediaan dan transporatsi BBN tersebut dilakukan di sekitar area PLTU”, tegasnya.

Dari sisi teknis pelaksanaan uji co-firing di PLTU Ropa, Flores, manajer UPK Flores, Lambok Siregar memaparkan bahwa pembakaran BBN sempurna dan karakteristiknya mirip dengan batu bara yang digunakan di PLTU merah putih tersebut. “Pada saat kami melakukan mixing antara batu bara dengan BBN, hanya dibutuhkan waktu 30 menit masa transisi hingga mencapai titik stablisasi”. Selanjutnya Lambok menerangkan bahwa BBN dari parameter operasi yang dilihat dari Central Control Room (CCR):

  1. 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan penggunaan 100 persen batu bara dengan pencampiran 10 persen BBN
  2. 2. Dari pengujian menunjukan hasil yang sangat memuaskan dimana BBN yang digunakan dapat digunakan selama 7 jam non stop tanpa ada kendala dan seluruh parameter dalam operasi tidak ada perubahan dan terpantau stabil
  3. 3. Emisi yang lebih rendah dimana kandungan sulfur pelet biomassa jauh lebih rendah dari kandungan sulfur batubara.

Sejalan dengan hal tersebut, Lambok menekankan pada capacity building untuk keberlanjutan pasokan BBN. “Saya berharap agar BBN ini dapat diproduksi di sekitar PLTU Ropa, menggunakan material sampah biomassa yang potensinya sangat besar, serta memberdayakan masyarakat”. Keberhasilan cofiring PLTU Ropa juga memberikan harapan bahwa Flores dapat menjadi daerah yang terdepan dalam bauran energi terbarukan dengan penggunaan energi biomassa. Selain itu keberhasilan uji coba cofiring PLTU Ropa memberikan harapan untuk peningkatan ekonomi daerah dengan melibatkan masyarakat dalam penyediaan pelet biomassa yang dapat diolah dari sampah pertanian, perkebunan, gulma, rumput, jerami atau sampah organik lainnya yang sangat melimpah di daerah Flores dan kabupaten Ende pada khusus nya. Sampah sampah yang menjadi masalah lingkungan dapat diubah menjadi produk yang memiliki nilai jual. Cofiring PLTU Ropa akan mendorong value creation yang baru ditengah masyarakat.
 


Related Articles

0 Komentar

Berikan komentar anda

Back to top button