Listrik Indonesia | Penyedia solusi teknologi informasi dan komunikasi terkemuka di dunia, ZTE Corporation, membagikan pandangannya mengenai tren, peluang, dan tantangan dalam pengembangan pusat data.
Wakil Presiden ZTE Corporation, Chu Yanli, yang membahas tren dan aplikasi terbaru dalam teknologi pusat data. Pertumbuhan data global mendorong perkembangan pesat pusat data di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara.
Menurut Frost & Sullivan, tujuh negara di Asia mengalami pertumbuhan pendapatan pusat data yang signifikan, dengan Singapura sebagai pasar pusat data terbesar di Asia Tenggara, diikuti oleh Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Indonesia khususnya memiliki tingkat pertumbuhan industri tertinggi di kawasan ini. Diperkirakan volume data global akan mencapai 175ZB pada tahun 2025, yang akan mendorong percepatan perkembangan digital di Asia Tenggara.
Chu menjelaskan bahwa meskipun pasar pusat data di Indonesia menawarkan banyak peluang untuk pertumbuhan dan inovasi, penting bagi kita untuk mengatasi tantangan utama yang dihadapi industri ini. "Dengan meningkatkan efisiensi energi, memodernisasi praktik konstruksi, serta mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan, kita dapat menciptakan ekosistem pusat data yang lebih berkelanjutan dan efisien, yang akan memberikan manfaat bagi bisnis dan masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.
Chu menekankan bahwa salah satu tantangan utama yang harus dihadapi adalah Power Usage Effectiveness (PUE), yaitu rasio total daya yang digunakan oleh pusat data dibandingkan dengan daya yang disalurkan ke peralatan komputasi. Semakin tinggi PUE, semakin tinggi biaya yang dibutuhkan. Menurut data dari Uptime Institute, rata-rata PUE global telah menurun dari 2,50 pada tahun 2007 menjadi 1,57 pada tahun 2021.
Chu juga mencatat bahwa beberapa negara telah menerapkan kebijakan emisi karbon yang lebih ketat. Sebagai contoh, di Tiongkok, kebijakan netralitas karbon pada tahun 2060 mewajibkan pusat data baru memiliki PUE kurang dari 1,3 pada tahun 2025. Di Jepang, kebijakan netralitas karbon pada tahun 2050 mengharuskan pengurangan konsumsi energi hingga 30% pada tahun 2030.
Di Indonesia, kebijakan nol emisi pada tahun 2060 mengharuskan penggunaan pusat data ramah lingkungan dan teknologi hemat energi. Untuk mematuhi kebijakan tersebut, diperlukan integrasi yang mendalam antara pasokan daya dan distribusi, penyederhanaan koneksi, sistem pendingin yang lebih efisien, dan penggunaan manajemen cerdas dengan Sistem AI.
Implementasi pembangunan pusat data juga menjadi tantangan yang signifikan karena adanya ketidaksesuaian dengan layanan pusat data modern. Sementara itu, model investasi tradisional yang menganut konsep satu kali perencanaan, satu kali investasi, dan investasi modal besar tidak cocok dengan model pembangunan pusat data saat ini yang melibatkan beberapa fase investasi.
Solusi inovatif berupa prefabrikasi diperlukan untuk mencapai implementasi solusi dan layanan yang cepat. Hal ini dapat dicapai melalui modularisasi ruang data, modularisasi sistem secara penuh, dan solusi inovatif seperti pusat data prefabrikasi modular lengkap dan pusat data dalam kontainer.
Rendahnya efisiensi Operasi dan Pemeliharaan (O&M) di pusat data disebabkan oleh kurangnya tenaga ahli O&M dan kurangnya sistem manajemen yang terintegrasi. Sumber daya yang tidak efisien akan menyebabkan penggunaan daya listrik, pendingin, dan ruang yang tidak seimbang, yang pada gilirannya mengakibatkan pemborosan sumber daya.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi O&M adalah dengan mengintegrasikan berbagai titik akses ke dalam sistem manajemen yang cerdas. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara: pertama, melalui pemeliharaan digital yang mengurangi kebutuhan staf dan meningkatkan efisiensi, dan kedua, melalui operasi cerdas yang meningkatkan pemanfaatan sumber daya.
ZTE terus berinovasi dan menyediakan solusi yang dapat diandalkan untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam pengembangan pusat data. Sebagai contoh, pada tahun 2017, ZTE menjadi perusahaan pertama yang menerapkan pusat data prefabrikasi modular lengkap. Pada tahun 2020, ZTE juga menjadi perusahaan pertama di industri ini yang mengimplementasikan aplikasi berskala besar dari pusat data prefabrikasi modular lengkap dan aplikasi edge-DC berskala besar di luar negeri. Dengan demikian, ZTE terus menetapkan standar kualitas dan inovasi di industri pusat data.
