Listrik Indonesia | Daya tarik Indonesia di mata investor migas terus meningkat. Pemerintah dinilai konsisten memperbaiki regulasi, memperkuat konektivitas data, serta menerapkan kebijakan fiskal yang adaptif guna mendukung target peningkatan produksi migas nasional. Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar untuk mewujudkan ketahanan energi sebagaimana tertuang dalam ASTA CITA Presiden Prabowo.
Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, nilai investasi di sektor hulu migas menunjukkan tren positif. Aktivitas eksplorasi, baik di wilayah aktif maupun area terbuka, mulai pulih dan bahkan meningkat secara signifikan. Ia menambahkan bahwa sejumlah temuan baru dari eksplorasi menjadikan Indonesia sebagai salah satu titik panas (hot spot) eksplorasi migas, tidak hanya di Asia Tenggara tetapi juga di panggung global.
Djoko menjelaskan bahwa dalam rangka mendukung ketahanan energi nasional, pemerintah menargetkan penawaran 60 wilayah kerja (WK) migas baru dalam dua tahun ke depan. Target ini mencerminkan komitmen untuk menjaga kesinambungan pasokan energi dan membuka peluang investasi yang lebih luas bagi mitra internasional.
"Kepercayaan dari pelaku industri menjadi motivasi kuat bagi kami untuk terus membangun industri migas nasional yang inklusif, efisien, dan kompetitif," ujar Djoko.
Ia menegaskan bahwa SKK Migas siap menjadi mitra yang proaktif dan mendukung setiap inisiatif investasi hulu migas di Indonesia. Tak lupa, ia juga menyampaikan apresiasi kepada para operator dan investor yang telah berperan aktif dalam eksplorasi sumber daya migas nasional.
Sementara itu, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Rikky Rahmat Firdaus, menguraikan bahwa Indonesia memiliki 128 cekungan sedimen yang berpotensi untuk dieksplorasi. Namun, hingga saat ini, hanya 20 cekungan yang sudah memproduksi migas. Sebanyak 27 cekungan lainnya telah ditemukan mengandung hidrokarbon, namun belum berproduksi. Artinya, baru sekitar 37% dari total cekungan yang telah dimanfaatkan secara optimal.
Rikky menambahkan, saat ini terdapat 162 WK migas yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Cadangan migas nasional saat ini diperkirakan mencapai 9 miliar barel setara minyak (BBOE). Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diperlukan investasi baru, baik dalam bentuk eksplorasi maupun penambahan wilayah kerja migas.
Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme utama bagi investor untuk masuk ke sektor hulu migas Indonesia. Pertama, melalui pengajuan usulan wilayah kerja baru di area terbuka (open area). Kedua, dengan cara farm-in ke WK eksisting. Ketiga, melalui kemitraan strategis (strategic partnership) dengan operator yang sudah ada di wilayah kerja aktif.
Terkait mekanisme farm-in, SKK Migas akan secara rutin memperbarui informasi mengenai WK yang membuka akses data bagi calon mitra. Investor yang berminat dapat langsung menghubungi operator WK terkait secara business to business (B2B).
“Kami akan menyediakan kontak PIC dari WK yang sedang dalam tahap open data untuk proses farm out,” terang Rikky.
Untuk mekanisme strategic alignment/partnership, peluang diberikan kepada operator yang menghadapi kendala dalam mengembangkan suatu lapangan atau potensi eksplorasi. Mereka dapat menggandeng mitra yang memiliki kemampuan teknis maupun finansial, tanpa perlu mengubah struktur kepemilikan (participating interest) WK tersebut.
Rikky menyampaikan bahwa regulasi pendukung untuk mekanisme ini tengah dalam tahap finalisasi dan akan segera diimplementasikan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan demi mencapai ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.