Target Terlampaui, SKK Migas Catat Lonjakan Potensi Migas

Jumat, 25 Juli 2025 | 15:45:22 WIB
Rikky Rahmat Firdaus, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas

Listrik Indonesia | Industri hulu migas Indonesia menunjukkan sinyal prospektif yang makin kuat. Hingga pertengahan tahun ini, capaian contingent resource atau sumber daya migas terduga telah menembus angka 919 juta barel setara minyak (MMBOE), menurut data terbaru dari SKK Migas. Angka tersebut jauh melampaui target tahunan sebesar 650 MMBOE, atau setara 151,9 persen dari rencana. 

Tingginya realisasi ini dinilai sebagai bukti nyata bahwa eksplorasi migas nasional masih sangat menjanjikan. Bahkan, SKK Migas optimistis angka contingent resource bisa mencapai 1.143 MMBOE hingga akhir tahun. Jika tercapai, ini akan menjadi rekor baru, mencapai 189 persen dari target tahunan. 

Rikky Rahmat Firdaus, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, mengungkapkan bahwa pencapaian ini merupakan sinyal positif bagi masa depan produksi migas nasional. "Capaian ini menunjukkan bahwa potensi sumber daya migas kita masih sangat besar. Kami terus mendorong percepatan eksplorasi untuk mengoptimalkan potensi ini," ujarnya. 

SKK Migas mencatat ada 279 struktur migas yang saat ini belum dikembangkan. Dari jumlah tersebut, 83 struktur telah mendapatkan status Penetapan Status Eksplorasi (PSE) dengan potensi sekitar 216 juta barel minyak dan 3,8 triliun kaki kubik (TCF) gas. Sementara 196 struktur sisanya masih menunggu PSE, namun menyimpan potensi jauh lebih besar: 1.125 MMBO minyak dan 8,3 TCF gas. 

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, SKK Migas fokus pada transformasi sumber daya terduga menjadi cadangan terbukti melalui penyusunan *Plan of Development* (POD). Strategi ini menjadi penentu utama dalam menjaga keberlangsungan sektor hulu migas ke depan. 

Tantangan terbesar dalam eksplorasi adalah menjadikan proyek-proyek marginal dan terpencil menjadi ekonomis. Untuk menjawab tantangan itu, SKK Migas mengembangkan berbagai pendekatan kreatif dalam proses komersialisasi. Di antaranya melalui pengangkutan dengan moda trucking, pengembangan fasilitas mini LNG dan LPG, hingga pemanfaatan aset eksisting di sektor hulu. 

“Upaya komersialisasi terus kami dorong dengan berbagai cara. Mulai dari trucking, mini LNG/LPG, hingga optimalisasi infrastruktur yang sudah ada. Kami juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah, baik dalam bentuk insentif fiskal maupun non-fiskal,” ujar Rikky. 

Sejak 2024, capaian contingent resource resmi menjadi salah satu indikator kinerja utama (KPI) bagi sektor hulu migas, mendampingi rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio). Ketika sumber daya terduga berhasil masuk dalam POD, maka statusnya akan berubah menjadi cadangan terbukti dan siap diproduksi. 

Rikky menegaskan pentingnya mengubah seluruh potensi tersebut menjadi produksi nyata untuk menjawab tantangan kebutuhan energi nasional ke depan. 

“Permintaan migas dalam negeri terus meningkat. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak diperkirakan naik 139 persen, dan gas melonjak hingga 298 persen pada 2050. Artinya, seluruh potensi yang ada harus bisa dimanfaatkan maksimal,” tegasnya.

Tags

Terkini