Listrik Indonesia | Masyarakat Energi Baru Nuklir Indonesia (MEBNI) tengah menyusun sejumlah agenda dan kemitraan strategis untuk tahun 2025. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum MEBNI, Arnold Soetrisnanto, dalam agenda makan siang bersama pengurus MEBNI dan Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, yang berlangsung di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (6/8).
Dalam pertemuan tersebut, Arnold memaparkan lima rencana utama MEBNI untuk mendukung pengembangan energi baru dan nuklir di Indonesia.
1. Rapat Pleno Pengurus Baru
MEBNI berencana menggelar rapat pleno untuk menyusun atau meresmikan kepengurusan baru. Langkah ini dinilai penting dalam memperkuat arah organisasi ke depan agar lebih adaptif terhadap perkembangan sektor energi.
2. Workshop Koordinasi Perizinan PLTN
Agenda berikutnya adalah pelaksanaan workshop koordinasi terkait proses perizinan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Workshop ini akan melibatkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (Ditjen Gatrik). Dalam agenda ini juga termasuk pembahasan tentang kegiatan pra-studi tapak PLTN sebagai bagian dari tahapan awal pembangunan pembangkit nuklir.
3. Dukungan bagi BUMN/Swasta Masuk ke Energi Nuklir
MEBNI membuka dukungan bagi organisasi maupun perusahaan, baik milik negara maupun swasta, yang berminat untuk mulai menjajaki sektor energi nuklir. Menurut Arnold, keterlibatan berbagai pihak sangat diperlukan untuk mempercepat transisi dan diversifikasi energi nasional.
4. Pelatihan dan Sertifikasi Keselamatan Dangerous Goods
MEBNI juga akan memfasilitasi pelatihan serta sertifikasi terkait keselamatan dan keamanan pengangkutan barang berbahaya (Dangerous Goods/DG), khususnya di sektor laut dan pelabuhan. Inisiatif ini ditujukan bagi pelaku usaha swasta guna memperkuat standar operasional di jalur logistik energi.
5. Pengelolaan TENORM di Lingkungan Migas
Program terakhir yang menjadi perhatian MEBNI adalah dukungan terhadap pelaku usaha BUMN dan swasta dalam pengelolaan TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive Material) di sektor minyak dan gas bumi. Penanganan limbah radioaktif alami ini dinilai penting dalam mendorong penerapan aspek keselamatan dan keberlanjutan industri migas.
Dalam kesempatan tersebut, Sugeng Suparwoto menyampaikan bahwa saat ini kesadaran akan pentingnya energi nuklir semakin meningkat.
Ia menilai bahwa tanpa pengembangan PLTN, Indonesia akan kesulitan mencapai target penyediaan energi di masa depan, terutama dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 7% per tahun.
“Dengan pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 7% dan diperkirakan tahun 2027 kita perkiraan tumbuh 8%, sehingga membutuhkan pembangkit listrik yang baru.
Ia juga menekankan bahwa PLTN merupakan pembangkit yang paling andal dan rendah emisi. Meskipun membutuhkan investasi awal (CAPEX) yang tinggi, biaya operasional (OPEX) dari PLTN dinilainya relatif rendah.
“Dan pembangkit yang paling handal dan rendah emisi adalah PLTN, memang PLTN CAPEX-nya mahal, tapi OPEX-nya murah,” pungkasnya.