Listrik Indonesia | Sektor manufaktur memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan dan ketahanan energi nasional. Dalam konteks kelistrikan, industri manufaktur berfungsi sebagai penyedia komponen, peralatan, dan sistem yang dibutuhkan untuk pembangkitan, transmisi, distribusi, hingga pemanfaatan energi terbarukan.
Menurut data Kementerian Perindustrian, industri dalam negeri kini telah mampu memproduksi berbagai peralatan listrik seperti kabel, transformator, isolator, panel kontrol, dan modul surya dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang terus meningkat. Langkah ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kemandirian industri energi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor komponen.
Kontribusi Manufaktur terhadap Energi Nasional
Keberadaan industri manufaktur tidak hanya memperkuat rantai pasok energi, tetapi juga meningkatkan nilai tambah ekonomi di dalam negeri. Produksi lokal komponen utama seperti kabel listrik, transformator, dan modul surya membantu memperpendek rantai distribusi serta menekan biaya logistik.
Selain itu, sektor manufaktur juga menjadi penggerak utama dalam transisi energi menuju sumber energi bersih. Laporan Institute for Essential Services Reform (IESR) memperkirakan bahwa pengembangan industri manufaktur energi terbarukan memiliki potensi ekonomi hingga Rp 8.824 triliun pada tahun 2060. Potensi ini muncul dari meningkatnya kebutuhan terhadap teknologi seperti panel surya, turbin angin, baterai penyimpanan, dan peralatan efisiensi energi lainnya.
Kualitas dan ketersediaan produk manufaktur juga berdampak langsung pada keandalan sistem kelistrikan. Ketika komponen pembangkit dan jaringan tersedia secara lokal dengan standar yang memadai, risiko gangguan dapat diminimalkan dan layanan kepada masyarakat menjadi lebih andal.
Tantangan dan Peluang Pengembangan
Meski perkembangannya positif, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Beberapa produk kelistrikan di Indonesia masih memiliki tingkat TKDN yang relatif rendah, berkisar antara 17% hingga 60%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar bahan baku atau komponen masih bergantung pada impor.
Untuk meningkatkan daya saing, industri manufaktur perlu bergerak ke arah produksi bernilai tambah tinggi—tidak hanya sekadar perakitan, tetapi juga pengembangan desain, riset, dan teknologi produksi komponen tingkat lanjut. Hal ini akan memperkuat kemampuan Indonesia dalam menghadapi kebutuhan energi jangka panjang.
Di sisi lain, peluang pertumbuhan tetap terbuka lebar. Target kapasitas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) akan meningkatkan permintaan terhadap produk manufaktur energi. Kondisi ini menjadi momentum bagi investor dan pelaku industri untuk memperluas produksi dalam negeri serta meningkatkan ekspor komponen energi ke pasar regional.
Kolaborasi untuk Akselerasi
Pengembangan sektor manufaktur di bidang energi dan kelistrikan memerlukan sinergi antara pemerintah, industri, lembaga riset, dan penyedia teknologi. Kolaborasi ini penting untuk memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu, efisiensi, dan kompatibilitas dengan sistem kelistrikan nasional.
Dengan kerja sama yang terarah, sektor manufaktur dapat menjadi tulang punggung transformasi energi di Indonesia. Selain memperkuat ketahanan energi, peningkatan kapasitas manufaktur juga akan menciptakan lapangan kerja, memperluas basis industri nasional, serta mendukung pencapaian target net zero emission pada 2060.