Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong keberlanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN) Grass Root Refinery (GRR) atau Kilang Tuban. Jika proyek yang melibatkan Rosneft Singapore Pte Ltd dan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) tersebut terus berjalan tanpa kejelasan, opsi membuka pintu bagi investor baru sedang dipertimbangkan.
Bahlil menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk memastikan tidak ada proyek negara yang tertunda terlalu lama. "Kita tidak boleh membiarkan barang milik negara berjalan lambat. Jika diperlukan, kita akan mencari investor baru," ujar Bahlil di Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Pertemuan dengan Dirut Pertamina
Dalam upaya mencari solusi, Bahlil telah mengadakan pertemuan dengan Direktur Utama Pertamina. Namun, pembahasan mendalam terkait proyek ini belum dilakukan. "Baru saja saya bertemu dengan Dirut Pertamina, tetapi diskusi lebih rinci belum sempat kami lakukan," tambahnya.
Bahlil juga menyebut bahwa pertemuan lanjutan akan diagendakan setelah selesainya agenda politik besar, yaitu Pilkada. "Sebagai Ketua Partai, saya harus memastikan urusan Pilkada tuntas dulu," jelasnya.
Proyek Kilang Tuban di Jawa Timur diinisiasi sejak 7 September 2015. Pada tahun 2016, PT Pertamina (Persero) membentuk kemitraan dengan perusahaan minyak dan gas asal Rusia, Rosneft, melalui skema Joint Venture. Kerjasama ini kemudian diwujudkan dalam bentuk perusahaan patungan, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), pada 28 November 2017.
Dalam struktur kepemilikan saham PRPP, Pertamina melalui anak usahanya, PT Kilang Pertamina Internasional, memegang 55% saham. Sisanya, sebesar 45%, dikuasai oleh Rosneft Singapore Pte Ltd.
Target Produksi Kilang
Kilang Tuban dirancang untuk memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dengan standar Euro V, dengan total kapasitas produksi mencapai 12,8 juta kilo liter (kl) per tahun. Komposisi produksinya meliputi avtur (1,49 juta kl), diesel (5,2 juta kl), RON 92 (5,95 juta kl), dan RON 95 (0,16 juta kl).
Selain BBM, kilang ini juga diproyeksikan memproduksi 4,7 juta ton petrokimia per tahun, yang mencakup paraxylene, styrene, LLDPE/HDPE, polypropylene, sulfur, MEG, dan MTBE.
Meski sudah berjalan cukup lama, proyek ini masih berada dalam tahap finalisasi dokumen keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID). Pemerintah berharap proyek strategis ini dapat segera menemukan kejelasan dan memberikan kontribusi besar bagi ketahanan energi nasional. (KDR)