Listrik Indonesia | Ketua Umum Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI), Yohanes Purnawan Widjaja, menilai perang dagang antara Amerika Serikat dan China membawa dampak ganda bagi industri peralatan listrik Indonesia. Dampak ini mencakup peluang serta tantangan yang harus diantisipasi oleh pelaku industri dan pemerintah.
Peluang Ekspansi Pasar
Salah satu keuntungan dari perang dagang ini adalah meningkatnya peluang bagi Indonesia untuk menjadi alternatif pemasok produk listrik yang sebelumnya didominasi oleh China. Dengan tarif tinggi yang dikenakan terhadap produk China, banyak pelaku industri global mencari mitra baru, dan Indonesia berpotensi menjadi salah satu pilihan utama. Selain itu, tren relokasi pabrik dari China ke Indonesia semakin meningkat seiring upaya pengusaha China menghindari tarif tinggi ekspor ke Amerika Serikat.
Namun, di sisi lain, masuknya produk China ke Indonesia juga berpotensi menekan industri lokal. China yang kehilangan sebagian pasar ekspornya mulai mencari tujuan baru, termasuk Indonesia. Jika tidak diatur dengan baik, hal ini dapat mengancam produsen lokal, terutama jika terjadi praktik dumping atau impor ilegal. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam mengawasi kebijakan impor menjadi krusial untuk melindungi industri dalam negeri.
Meski bukan pemain utama dalam industri peralatan listrik global, Indonesia mulai merasakan manfaat dari meningkatnya kebutuhan produk listrik di Amerika Serikat. Beberapa produsen dalam negeri, khususnya di sektor transformator, telah menerima pesanan dari Amerika sejak tahun lalu. Kebutuhan daya listrik yang meningkat akibat perkembangan kecerdasan buatan (AI) serta ekspansi energi terbarukan turut mendorong permintaan terhadap infrastruktur listrik baru, seperti substation dan jaringan distribusi.
"Waktu tunggu (lead time) transformator di Amerika bisa mencapai tiga tahun, sehingga mereka mulai mencari alternatif pemasok dari negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia," ujar Yohanes dalam program Manufacture Check CNBC pada Selasa, (4/3/2025).
Tantangan Kebijakan Tarif
Meskipun peluang ekspor meningkat, ada kekhawatiran terkait kebijakan tarif yang dapat diterapkan Amerika Serikat di masa depan. Yohanes menyoroti kemungkinan penerapan tarif lebih tinggi terhadap negara anggota BRICS, mengingat Indonesia baru saja bergabung dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu, dinamika kebijakan perdagangan global tetap menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh industri.
Prospek Pertumbuhan Industri Peralatan Listrik
Terlepas dari tantangan global, industri peralatan listrik Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif. Tahun 2023 mencatatkan peningkatan penjualan antara 15% hingga 30% bagi anggota APPI, menjadikannya tahun terbaik sejak pandemi. Tren pertumbuhan ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2024, terutama berkat meningkatnya permintaan dari sektor swasta dan berkembangnya pusat data yang memerlukan infrastruktur kelistrikan yang lebih besar.
"Pertumbuhan pusat data yang pesat meningkatkan kebutuhan komponen kelistrikan. Ini menjadi peluang besar bagi industri dalam negeri, asalkan pemerintah dapat menjaga iklim usaha yang kondusif," tambah Yohanes.
Dukungan Pemerintah untuk Transisi Energi
Pemerintah diharapkan terus memberikan dukungan bagi industri ini, terutama dalam investasi dan kebijakan transisi energi. Sebagai bagian dari komitmen dalam Paris Agreement, Indonesia mulai mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke energi terbarukan seperti tenaga surya dan hidro. PLN juga merencanakan pembangunan 48.000 kilometer jaringan transmisi baru untuk mendukung transformasi energi ini.
"Kami optimis dengan masa depan industri ini. Program Danantara yang baru diluncurkan Presiden Prabowo Subianto membawa angin segar, dengan investasi awal sebesar 20 miliar dolar AS untuk proyek infrastruktur listrik," pungkas Yohanes.
Dengan berbagai peluang dan tantangan yang ada, industri peralatan listrik Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang dalam lanskap ekonomi global yang dinamis. Keberhasilan industri ini akan bergantung pada strategi bisnis yang adaptif serta kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas dan daya saing pasar domestik.
.jpg)
