Listrik Indonesia | Malam penganugerahan Indonesia Best Electricity Award (IBEA) 2025 di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (4/7/2025) berlangsung semarak dengan kehadiran berbagai tokoh penting di sektor energi. Salah satunya adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, yang mewakili Menteri ESDM untuk memberikan sambutan dan menyampaikan apresiasi atas berlangsungnya ajang bergengsi ini.
Dalam sambutanya mewakili Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Dadan menekankan pentingnya optimisme dalam menghadapi tantangan energi ke depan. Ia menyampaikan bahwa Indonesia tidak akan terjebak dalam krisis seperti yang sempat terjadi di Eropa Utara akibat terlalu mengandalkan satu jenis energi terbarukan. Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan dengan keragaman sumber energi seperti hidro, panas bumi, bioenergi, bahkan energi laut dan nuklir.
“EBT tidak perlu dipertanyakan lagi dari sisi keandalan maupun keekonomian. Kita punya banyak pilihan dan semuanya sedang kita dorong,” tegasnya.
Energi untuk Kemandirian, Bukan Sekadar Transisi
Dadan juga menyoroti dua program prioritas Kementerian ESDM: ketahanan energi dan hilirisasi. Ia menjelaskan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada ketersediaan energi, tetapi juga sumbernya apakah berasal dari dalam negeri atau masih bergantung pada impor. “Kita sedang menyusun indikator baru: kemandirian energi. Dan saat ini angkanya masih rendah, karena sebagian besar BBM masih impor,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, konsumsi BBM nasional saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara produksi dalam negeri hanya sekitar 600 ribu barel. Artinya, lebih dari satu juta barel harus diimpor setiap hari, yang setara dengan pengeluaran sekitar USD 69 juta per hari. Hal ini mendorong pemerintah untuk mempercepat produksi dalam negeri baik dari energi fosil maupun terbarukan.
Tak kalah penting, Dadan membeberkan kemajuan hilirisasi industri baterai kendaraan listrik (EV battery). Indonesia, menurutnya, sudah berada di jalur yang tepat. “Produksi pertama baterai EV akan dilakukan September tahun depan. Bahkan pabrik yang diresmikan baru-baru ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara, bahkan di seluruh wilayah selatan garis khatulistiwa,” ujarnya bangga.
Ia juga menegaskan bahwa hilirisasi bukan hanya soal industrialisasi, tapi juga bagian penting dari strategi transisi energi berbasis kemandirian nasional.
Mulai dari Diri Sendiri
Dalam bagian paling personal dari pidatonya, Dadan membagikan pengalamannya menggunakan teknologi listrik dalam kehidupan sehari-hari sejak 2016, mulai dari PLTS atap, motor listrik, kompor induksi, mobil listrik, hingga rokok elektrik.
“Saya bukan ingin pamer. Tapi ini menunjukkan bahwa elektrifikasi bukan sekadar program, tapi gaya hidup yang bisa dijalani,” katanya.
Lebih jauh, ia menyebut elektrifikasi sebagai kunci untuk mengurangi konsumsi BBM, mengingat sektor transportasi dan industri masih menjadi pengguna utama bahan bakar minyak.
Dadan juga mengungkap rencana besar pemerintah dalam kerja sama dengan Singapura yang mencakup tiga aspek utama: perdagangan listrik lintas negara (cross-border electricity trading), penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), serta pengembangan industri berkelanjutan. Dalam skema ini, Indonesia akan mengekspor listrik bersih ke Singapura dengan harga kompetitif, sementara dalam negeri tetap mendapatkan pasokan listrik bersih yang terjangkau melalui skema Domestic Market Obligation (DMO).
Harapan dan Apresiasi
Menutup sambutannya, Dadan menyampaikan terima kasih kepada seluruh dewan juri dan penyelenggara IBEA 2025, serta berharap acara serupa bisa terus diadakan setiap tahun sebagai forum berbagi semangat dan capaian di sektor ketenagalistrikan.
“Insya Allah kita bisa bertemu lagi tahun depan. Dan kalau nanti dibagikan jas untuk juri, saya juga mau daftar,” ucapnya berseloroh, sekali lagi mengundang tawa dan tepuk tangan hadirin.
Acara IBEA 2025 bukan hanya menjadi ajang penghargaan, tetapi juga momentum untuk menegaskan komitmen Indonesia dalam membangun sektor energi yang tangguh, mandiri, dan berkelanjutan. Sebuah perjalanan panjang yang sudah dimulai, dan seperti disampaikan Dadan, harus ditempuh dengan semangat gotong royong dan keyakinan bahwa Indonesia bisa menjadi pemenang dalam transisi energi global.
